Semenjak pandemi berlangsung konsep bekerja dari rumah atau yang lebih dikenal WFH marak diberlakukan untuk mengurangi aktifitas diluar rumah. WFH sendiri juga banyak memberikan benefit untuk karyawan antara lain, penghematan biaya dan waktu transport, jam kerja yang lebih fleksibel, dan meningkatkan work-life balanced.Â
Sebagian karyawan mengklaim bahwa mereka mempunyai waktu untuk mengembangkan minat dan bakat lebih banyak dibanding saat mereka work from office dan tentunya waktu istirahat yang lebih optimal, mereka tidak harus lagi kelelahan akibat macet saat perjalanan pulang.
Meskipun demikian, menurut survei McKinsey WHF dapat menurunkan produktifitas kerja sebesar 25%, hal tersebut terjadi karena para pekerja harus melakukan pekerjaannya tampa henti sepanjang hari yang diduga dari  tipisnya perbedaan kehidupan kerja dan pribadi. Selain itu selama di rumah pekerja dapat ke hilangan fokus karena banyaknya distraktor dan merasa minimnya pengawasan dari supervisor sehingga menyebabkan hilangnya motivasi kerja.
Fakta lain juga menunjukan penurunan produktivitas diakibatkan oleh kurangnya adaptasi pekerja terhadap sistem kerja baru dan teknologi di tempat kerja. Kedua hal ini dapat berujung ke miskomunikasi yang menghambat operasi kerja.
"Banyak masalah internal kita muncul karena miskom belom lagi kalau rekan kerja kita slow respond, masalah jadi berlarut- larut dan lempar -lemparan. Kita harus meluangkan waktu tambahan buat extra meeting untuk masalah tersebut" ujar seorang karyawan kantoran di area Jakarta (20/6/2022)
Walaupun adanya kekurangan dari WFH , hikmatnya dengan adanya WFH operasi perusahaan masih dapat dilakukan secara baik, menurunkan PHK, dan juga mempercepat revolusi Industri 4.0.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H