Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri yang sebenarnya. Masa remaja juga disebut sebagai masa peralihan (Batubara, 2016). Pada masa pencarian jati diri atau masa peralihan ini, para remaja lebih mudah tergiur oleh promosi iklan suatu produk yang disebarkan melalui media massa ataupun secara langsung. Para remaja sering dijadikan target pemasaran berbagai produk karena karakteristik mereka yang belum terbentuk seutuhnya atau labil dan mudah dipengaruhi sehingga mendorong timbulnya berbagai gejala dalam pembelian yang tidak wajar. Rentang usia remaja yang sering menjadi target pemasaran yaitu usia 13 – 18 tahun atau yang masih duduk di bangku SMP dan SMA.
Konsumtif merupakan gaya hidup yang dimana seseorang yang secara berlebihan membeli suatu barang dengan mengutamakan keinginannya daripada kebutuhannya yang menjadi faktor penyebab pemborosan. Pembelian yang tidak wajar termasuk ke dalam perilaku konsumtif. Hal itu dilakukan karena sekedar mengikuti trend mode saat ini, gengsi, dan keinginan untuk mendapatkan pengakuan sosial.Â
Perilaku remaja dengan standardisasi atau penyesuaian diri terhadap suatu kelompok tertentu agar diterima dan diakui dalam suatu kelompok menjadi awal permulaan perilaku menyimpang, seperti: bersikap konsumtif dengan mengikuti gaya orang disekitarnya. Di tengah masa pandemi COVID – 19, konsumerisme meningkat dikarenakan kemudahan dalam berbelanja melalui platform belanja online. Perkembangan teknologi dan kemajuan industri pasar menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan terhadap perilaku konsumsi masyarakat dalam bidang fashion.
Seiring dengan perkembangan waktu, perubahan terus bermunculan dengan mengganti nilai – nilai lama yang dianggap mulai pudar. Perubahan waktu tersebut membawa masyarakat di dunia ini dengan gaya hidup yang lebih praktis. Hal itu menjadi faktor pendorong terjadinya inovasi terbaru khususnya di dunia fashion yang berdampak pada perubahan gaya hidup atau lifestyle (Sugianto & Brahmana, 2018). Perubahan gaya hidup ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah Fast Fashion. Menurut Zero Waste Lifestyle, Fast Fashion adalah style atau model pakaian yang terus berganti dalam waktu yang sangat singkat dengan mengikuti trend baru. Contohnya, ketika musim panas maka industri fast fashion memproduksi pakaian musim panas.Â
Dalam pergantian musim, industri fast fashion akan terus memproduksi pakaian sesuai musim yang akan datang. Keberadaan perusahaan multinasional di Indonesia tidak lepas dari perkembangan teknologi di era Globalisasi yang terdapat kerjasama antar negara. Bentuk dari kerjasama antar negara terdapat pada sektor perdagangan, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang fast fashion adalah Zara. Penyebaran produk Zara dapat menumbuhkan pola ketergantungan terhadap produk yang dihasilkan oleh Zara. Namun, demi menggapai profit yang tinggi perusahan tersebut rela mengorbankan kualitas daripada kuantitas.
Sebagian masyarakat menganggap bahwa fast fashion menjadi kabar yang kurang baik, hal itu disebabkan oleh peningkatan sikap konsumtif atau budaya konsumerisme remaja di Indonesia. Harga yang menggiurkan menjadi salah satu pendorong berkembangnya fast fashion di Indonesia. Pembelian suatu barang dengan harga yang terjangkau dengan model yang bagus menjadi umum, perilaku itu hanya berdasarkan keinginan untuk mengkonsumsi barang yang sebenarnya kurang diperlukan hanya untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Oktadiani, 2020). Â
Gaya hidup kebarat – baratan telah muncul di sekitar masyarakat Indonesia terutama di kalangan remaja. Hal ini dibuktikan dengan timbulnya perilaku konsumtif yang cenderung menghambur – hamburkan uang untuk kepuasan diri sesaat. Keinginan remaja dalam mengonsumsi suatu barang adalah sebuah usaha untuk memperoleh kebahagiaan dalam jangka waktu yang singkat dan memenuhi rasa gengsi yang dimiliki. Kebudayaan konsumerisme yang masuk ke Indonesia turut mengubah perilaku dan kebudayaan Indonesia. Hal itu terjadi karena ketidakmampuan masyarakat Indonesia dalam beradaptasi dan memilah kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia, sehingga melahirkan perilaku yang cenderung kebarat – baratan. Perilaku westernisasi (kebarat – baratan) yang muncul di Indonesia adalah gaya hidup mewah dengan penghasilan yang tidak sebanding, remaja yang bersikap hedonisme, dan meniru gaya pakaian orang barat dengan membeli pakaian di toko atau gerai yang bergerak di bidang fast fashion.
Perilaku konsumtif remaja di Indonesia masih terbilang cukup tinggi. Dampak negatif dan bahaya dari perilaku konsumtif yang sedang marak terjadi di kalangan remaja adalah pemborosan atau menghabiskan uang yang dimiliki, mendorong suatu individu untuk bersikap hedonis dan berusaha mendapatkan uang dengan cara apapun, tidak dapat memenuhi kebutuhan yang akan datang, dan timbulnya kecemburuan sosial. Perilaku konsumtif mendorong terjadinya fast fashion karena ada nya keinginan dari setiap individu untuk membeli atau mengikuti trend mode pakaian saat ini sehingga perubahan mode pakaian terjadi dengan cepat. Perilaku konsumtif dapat dihindari dengan cara membeli barang sesuai kebutuhan dengan menentukan skala prioritas.
Perkembangan Fast Fashion ini juga memiliki dampak yang positif di kalangan remaja, yaitu: menghasilkan suatu mode gaya pribadi atau dapat dikatakan memiliki style yang berbeda dari yang lain, kreatifitas dalam hal mix n match mode pakaian, mode pakaian yang tidak ketinggalan jaman, dan pembelian barang di bidang fast fashion juga dapat digunakan investasi ke depannya (barang branded).
Nah, kita sebagai remaja generasi muda bangsa diharapkan menggentarkan semangat perubahan perilaku konsumtif ini, agar tidak terjadi penyelewengan budaya dan siap sedia memberhentikan pelestarian budaya konsumerisme. Antisipasi masuknya gaya hidup kebarat – baratan dengan memilah atau menyaring kebudayaan yang masuk di Indonesia, jangan sampai kebudayaan asing berkembang dan menghancurkan kebudayaan lokal Indonesia. Serta menumbuhkan semangat nasionalisme yang tinggi dan mempertahankan jati diri bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI