Mohon tunggu...
Clarence C
Clarence C Mohon Tunggu... Dokter - Pelajar

Gabut

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kewajiban Etika dan Moral Profesor: Menjadi Teladan di Tengah Skandal

17 Agustus 2024   15:21 Diperbarui: 17 Agustus 2024   15:21 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam masyarakat Indonesia, profesor seharusnya menjadi teladan dan contoh moral yang baik. Mereka telah menjalani pendidikan panjang dan mencapai tingkat akademik yang tinggi, menjadikan mereka figur yang seharusnya memandu dan menginspirasi. Namun, berita terbaru mengungkapkan bahwa sejumlah profesor terjebak dalam skandal korupsi dan pelecehan seksual. Ini menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas dan tanggung jawab mereka. Apakah tindakan tercela seperti ini pantas dilakukan oleh para akademisi yang seharusnya memimpin dengan memberi contoh yang baik?

Profesor seharusnya menjadi teladan moral dan etika, mengingat posisi mereka yang tinggi dalam struktur sosial dan akademik. Dengan berbagai skandal yang melibatkan mereka, baik dalam korupsi maupun pelecehan seksual, ada sebuah paradoks yang mencolok antara peran mereka sebagai pengajar dan perilaku mereka yang tercela. Ketika individu dengan latar belakang akademik tinggi justru terlibat dalam tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai dasar, hal ini tidak hanya mengecewakan tetapi juga merusak kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan. Tindakan seperti ini menciptakan keraguan tentang apakah mereka benar-benar pantas disebut sebagai panutan.

Salah satu contohnya yang dapat diambil adalah kasus "10 Profesor dan 200 Doktor Terjebak Korupsi" pada tahun 2014, beberapa di antara mereka adalah pejabat tinggi dengan gelar akademik cemerlang, seperti mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang terlibat dalam dugaan suap proyek. Keterlibatan mereka dalam korupsi menggambarkan bahwa gelar dan pendidikan tinggi saja tidak menjamin integritas atau moral yang baik. Dalam kasus ini, mereka tidak hanya mengecewakan masyarakat, tetapi juga melanggar prinsip dasar kejujuran dan integritas yang seharusnya mereka junjung tinggi. Hal ini menunjukkan adanya masalah mendalam dalam sistem pengawasan dan penegakan etika di lembaga-lembaga pendidikan.

Selain korupsi, beberapa kasus juga melibatkan pelecehan seksual oleh profesor. Kabar ini semakin memperburuk citra akademik dan menambah ketidakpercayaan publik terhadap para akademisi. Kasus-kasus ini menggambarkan ketidakmampuan sebagian profesor untuk menjaga etika profesional, yang seharusnya menjadi bagian integral dari tugas mereka sebagai pendidik dan pemimpin.

Kita dapat membandingkan profesor dengan pemimpin di sektor lain, seperti seorang kapten kapal yang diharapkan membawa anak buahnya dengan aman dan etis. Jika kapten kapal malah memicu kerusakan dan berperilaku buruk, maka kepercayaan terhadap kepemimpinan dan keselamatan kapal tersebut akan hancur. Begitu pula, ketika profesor—yang seharusnya menjadi pemandu moral dan akademik—terlibat dalam skandal, mereka merusak reputasi dan integritas lembaga pendidikan yang mereka wakili.

Dengan menyoroti ketidaksesuaian antara peran yang diemban profesor dan perilaku tercela yang mereka tunjukkan, artikel ini menggarisbawahi pentingnya menjaga etika dan moralitas dalam dunia akademik. Setiap individu dalam posisi tersebut perlu menilai kembali tanggung jawab mereka dan berkomitmen untuk menjadi contoh yang baik bagi masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun