Seiring berjalannya waktu, model anyaman yang dihasilkan semakin berkembang, mengalami peningkatkan dalam berbgai aspek, dan bertambah berbagai macam bentuk serta variasinya untuk memenuhi kebutuhan preferensi yang semakin beragam dari konsumen. Sejak adanay pandemi Covid019, produk kerajinan eceng gondok semakin banyak dihadirkan dalam bentuk dekorasi rumah, menjadikannya pilihan utama bagi koonsumen yang menginginkan nuansa alami seklaigus ramah lingkungan.Â
Keberlanjutan ini tidak hanya membuat produk kerajinan semakin relevan dengan trend dan kebutuhan pasar, tetapi juga mencerminkan kesadaran akan pentingnya penggunaan bahan-bahan daur ulang dan pilihan gaya hidup di tengah perubahan yang sedang terjadi saat ini. Ibu Ningsih bekerja sama dengan sekitar 40 pengrajin dari beberapa dusun, diantaranya meliputi dusun Kokap Kulonprogo terdapat 15 pengrajin yang sudah beliau latih dari nol hingga mahir.
Kesulitan dalam pelatihan rajut maupun menganyam merupakan aspek atau karakter dari masing-masing pengrajin sendiri. Hal ini dapat memiliki dampak signifikan pada hasil akhir dari proses rajutan maupun anyaman yang dihasilkan oleh para pengrajin. Satu pengrajin dengan pengrajin lainnya memiliki hasil berbeda-beda, ada yang sangat rapi, cukup rapi dan kurang rapi. Upah untuk pengrajin per produk bervariasi tergantung modelnya dan biasanya berkisar antara Rp 2.000,00 hingga Rp 4.500.00. Biaya pemasangan furing berkisar antara Rp 1.500 hingga Rp 2.500 perbiji. Proses merajut, pemasangan furing dan finishing dilakukan oleh orang yang berbeda-beda. Apabila hasil kerajiann yang telah jadi tidak mencapai tingkat kepuasan yang diinginkan, Ibu Ningsih akan memberikan saran dan masukan yang membangun kepada pengrajin. Bahkan dalam beberapa kasus yang telah terjadi, beliau meminta pengrajin untuk merajut ulang dari awal demi hasil dan kualitas yang optimal.
Pemasaran terus menjadi hambatan yang signifikan, terutama ketika menjelajahi lokasi baru, dimana sering kali diperlukan penurunan harga  agara produk atau layanan dapat bersaing dan diterima dengan baik di pasar yang bersangkutan. Penjualan di Pasar Candi Prambanan mencapai Rp 8.000.000,00 hingga Rp 14.000.000,00 pada setiap minggunya. Pengiriman dilakukan setiap hari minggu dan setiap pengiriman satu model rajutan jumlahnya bisa mencapai 200 pcs yang dibawa ke tempat penjualan.Â
Harga yang ditawarkan kepada penjual bervariasi tergantung modelnya. Harga yang ditawarkan kepada penjual di pasar sebagai tangan kedua, berkisar antara Rp 37.000,00 hingga Rp 90.000,00 dari tangan pertama. Tas rajut benang nilon dijual dengan harga antara Rp 17.000 hingga Rp 35.000. Selain menjual produk jadi, ibu Ningsih juga melayani produk setengah jadi seperti produk untuk dekorasi rumah. Meski wirausaha milik Ibu Ningsih ini masih beroperasi secara lokal, namun keberhasilan Hanacraft dalam mempertahankan pelanggan dan mengembangkan produknya dari tahun ke tahun menunjukkan potensi besar untuk pertumbuhan lebih lanjut di pasar kerajinan tangan Indonesia.
Penulis :Â
Clara Via Pragestin
Dionisius Bermantyo
Pius Amos
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H