Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Wapres JK tentang Boikot Produk AS: Beranikah Tidak Menggunakan Google?

20 Desember 2017   11:01 Diperbarui: 20 Desember 2017   11:09 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Deklarasi Donald Trump yang akan memindahkan Kedutaan Besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem telah memicu munculnya protes keras dari berbagai negara di dunia ini menentang deklarasi tersebut.

Pernyataan Trump yang demikian sekaligus mengesahkan pengakuan bahwa ibu kota Israel adalah kota suci tiga agama yang berasal dari Abraham .
Sepertinya tanpa komando dan didorong oleh semangat membela Palestina,berbagai unjuk rasa digelar di Indonesia. Diberbagai kota unjuk rasa besar besaran dilaksanakan dan di Jakarta unjuk rasa besar itu dilaksanakan pada Minggu,17 Desember dimulai dari Masjid Istiqlal kemudian dilanjutkan di Lapangan Monas.

Kebencian kepada Amerika Serikat muncul ,begitu juga kebencian terhadap Israel semakin terlihat. Aku sendiri sangat kagum dan terpesona melihat aksi damai itu.Unjuk rasa besar besaran di Jakarta ini melahirkan resolusi yang terdiri dari beberapa poin dan salah satu butir penting ialah boikot produk AS apabila Trump tidak membatalkan rencananya memindahkan Kedubes AS ke Jerusalem.

Suasana emosional yang menginginkan boikot produk AS semakin menguat. Ditengah tengah suasana emosional yang demikian ,Jusuf Kalla muncul dengan argumentasinya yang kelihatannya cukup logis. Sebagaimana diberitakan Kompas.com (19/12/2017) , Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa aksi boikot terhadap produk Amerika Serikat dan Israel sulit untuk dilaksanakan.Sebab masyarakat masih sangat bergantung pada produk negara negara tersebut.

" Paling gampang ,berani nggak untuk memboikot iPhone.Jangan pakai Google ,bisa nggak hidup tanpa itu",ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden RI,Jakarta ,Selasa,19/12/201. Apalagi menurut Kalla ,produk produk Amerika Serikat itu termasuk dalam kategori produk produk mutakhir atau teknologi tinggi." Whats App,nggak bisa hidup tanpa itu sekarang. Keluar rumah sekarang langsung mengantongi dia" ujar Kalla. Menurut pendapatku apa yang dikemukakan JK itu sangat wajar. Mengatakan boikot produk Amerika tentu sangat mudah tetapi untuk melaksanakannya tidak mudah karena kita kita ini udah sangat tergantung dengan mereka.

JK juga termasuk berani mengatakan hal tersebut karena bisa aja ada kelompok yang menuduhnya tidak pro kepada perjuangan Palestina.
Untunglah JK yang mengatakan itu. Andainya Jokowi yang mengucapkannya bukan tidak mungkin hal itu menjadi diperpolitisir misalnya menyebut Jokowi takut kepada Amerika. Untuk lebih mengembangkan yang disampaikan JK itu kucoba melihat neraca perdagangan Indonesia - Amerika Serikat maka kulihat neraca tersebut menguntungkam Indonesia.

Pada tahun 2015 ,nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai US $ 16,2 Miliar sedangkan impornya US$ 7,59 Miliar.Kesimpulannya tahun 2015 nilai perdagangan Indonesia mencatat surplus US $ 8,6 Miliar. Mengetahui neraca perdagangan ini menurutku sangat perlu karena kalau kita mengadakan aksi boikot maka bukan  tidak mungkin Amerika Serikat membalasnya dengan memboikot produk Indonesia.Kemudian aku tertarik membaca tulisan Muthiah Al Hasany pada Kompasiana " Kegagalan KTT OKI di Istanbul".

Hasil KTT itu tidak ada menyebut memboikot produk AS sebab banyak negara negara anggota OKI yang masih sangat tergantung kepada negara Paman Sam itu.Karenanya Muthiah menyebut KTT itu boleh dikatakan gagal karena tidak ada keputusannya yang menggigit. Memahami pernyataan JK haruslah dilihat berdasarkan realita yang ada agar tidak ada diantara kita yang hanya mengandalkan emosi yang beranggapan mudah memboikot produk AS karena mungkin digambarannya produk negara itu hanya sebatas gerai yang menjual makanan ataupun minuman saja. Kita cinta Palestina tetapi tindakan kita juga harus rasional seperti yang disampaikan JK.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun