Mohon tunggu...
Clarasia Kiky
Clarasia Kiky Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kiky adalah pecinta sastra dan wastra Indonesia. Hasil corat-coretnya dapat ditemukan di dalam "Siluet Dalam Sketsa" terbitan Penerbit Buku Perempuan dan "Bongkar Pasang Negeri 5 Menara" terbitan Gramedia Pustaka Utama. Untuk menghubungi silakan email ke clarasia.kiky@yahoo.com.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menuju Indonesia yang Lebih Baik dengan Budaya Antre

21 Agustus 2012   15:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:29 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu saya membaca twitter teman di timeline saya. Isinya demikian, “Sepertinya saya ingin sekali mengadakan Penyuluhan Massal tentang pentingnya budaya antri di kota ini#twitpenting”. Kontan saya langsung membalasnya, “OMG! Tidak hanya di kotamu, tiap sudut di negeri ini harus diberi penyuluhan mengenai budaya antre. Beberapa hari ini aku udah emosi terus.

Sepertinya budaya antre menjadi sebuah barang langka di negeri ini. Sebagai contoh, orang sering berebut masuk ke dalam busway dan lift tanpa mendahulukan orang yang mau keluar terlebih dahulu. Maka tak jarang terjadi ada orang yang jatuh ataupun terjepit kerumunan. Belum lagi jika pergi ke daerah ada saja ulah orang-orang menyebalkan yang suka menyerobot antrean di minimarket. Sepertinya hak orang lain tidak dihargai sama sekali. Mereka yang sudah lama menunggu giliran membayar, diambil begitu saja haknya.

Tentunya hal ini menjadi sebuah hal menyedihkan. Terlebih lagi jika kita membandingkan dengan kehidupan di luar negeri yang sudah lebih maju. Saya hanya bisa mengelus dada. Pernah saya mengingatkan orang untuk mengantre. Apes, justru saya yang kena makian. Pusing, kan?

Pentingnya Budaya Antre

Menurut saya, mengantre merupakan hal yang sepele. Kita tinggal menunggu giliran kita tanpa merebut apa yang menjadi milik orang lain. Sederhana, bukan? Hal yang sederhana ini sebenarnya baik bagi diri sendiri dan sesama.

Bagi diri sendiri, mengantre dapat melatih kedisiplinan karena kita harus menunggu waktu yang tepat. Selain itu, mengantre dapat melatih pengendalian diri kita. Dalam hal ini kita harus bisa membunuh keinginan kita yang mau cepat-cepat dan ‘melangkahi’ hak orang lain. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam proses ini. Sementara bagi sesama, mengantre dapat melatih masyarakat untuk saling menghormati hak orang lain. Saya rasa hal ini sangat penting karena ketika kita menghormati hak-hak orang lain maka kehidupan akan berjalan dengan damai dan segala macam kegiatan akan berjalan dengan lancar.

[caption id="" align="aligncenter" width="650" caption="Ilustrasi Mengantre di Depan Lift (Sumber : visualphotos.com)"][/caption]

Susahnya Menjalankan Budaya Antre

Namun sayangnya, budaya antre yang sebenarnya sepele ini begitu susah dilakukan. Kecenderungan orang adalah egois. Mereka merasa bahwa kepentingan diri sendiri lebih berharga daripada kepentingan orang lain. Selain itu, orang tidak mau diatur karena merasa dirinya sudah benar.

Meskipun demikian, suka atau tidak suka, negeri ini harus bisa menanamkan budaya antre sedini mungkin. Tujuannya adalah agar negeri ini menjadi lebih maju. Bayangkan jika setiap orang bisa mengantre dengan baik, pasti semuanya bisa berjalan lebih lancar. Impresi orang asing terhadap negeri kita ini akan menjadi lebih baik pula karena semuanya dapat berjalan lebih teratur.

Untuk menanamkan budaya antre sejak dini, kita harus bisa memulainya dari diri sendiri terlebih dahulu. Orang tua harus bisa memberikan teladan nyata bagi anak-anaknya. Dengan demikian kejadian yang serig saya temukan di ruang publik tidak akan terjadi lagi, yaitu ketika saya menegur seorang dengan baik malahan dia tidak peduli dan tetap menerobos antrean. Padahal itu dilihat oleh anaknya secara langsung. Selain itu, sebaiknya diberikan tanda-tanda yang jelas agar dapat menjadi pengingat yang efektif. Kita bisa belajar dari Singapura tentang hal ini. Sebagai satu contoh, negeri singa ini memiliki tanda arah yang jelas di depan pintu-pintu MRT. Tanda panah kanan dan kiri untuk orang-orang yang akan masuk ke dalam MRT dan tanda panah tengah bagi orang-orang yang akan keluar dari MRT. Sangat jelas. Hal ini akan membantu orang yang sering ‘lupa’ dengan peraturan antre.

Demikian, budaya antre itu penting untuk ditanamkan sejak dini demi kemajuan negeri ini. Kalau mengatur diri sendiri saja tidak bisa, bagaimana kita akan mengatur orang lain? Bagaimana negeri ini bisa maju? Yuk mulai dari diri sendiri! Paling tidak, coba mulai dengan mengantre yang benar saat berada di perjalanan arus balik ini.

Hidup mengantre!

CKPA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun