Saya suka mengunjungi tempat-tempat yang aneh dan tidak biasa. Waktu memutuskan untuk pergi ke Roma, salah satu kata kunci yang di google adalah “Weird things to see in Rome” (Tujuan unik di Roma). Ternyata banyak sekali tempat aneh dan menarik yang bisa dikunjungi. Salah satunya Purgatory Museum atau Museum Api Pencucian. Museum ini pernah diliput di Gadling.com. Bahkan Daily Mail pernah menyebutnya sebagai salah satu museum teraneh di dunia.
Menurut kepercayaan agama Katolik, setelah meninggal, jiwa manusia harus melewati api pencucian (purgatory) sehingga bersih dari noda dosa dan naik ke surga. Keluarga yang masih hidup bisa mempercepat proses ini melalui doa. Menyelamatkan arwah dari api pencucian adalah salah satu prioritas agama Katolik sehingga tiap tanggal 2 November diperingati sebagai hari Jiwa di api pencucian. Namun ada kalanya arwah-arwah itu terlupakan sehingga mereka menghantui keluarganya yang masih hidup minta didoakan.
Museum Api pencucian terletak di dalam Gereja Chiesa del Sacro Cuore del Suffragio (Sacred Heart) di jalan Lungotevere Prati 12. Lokasinya cukup terpencil bersebrangan dengan sungai Tiber dan tidak jauh dari St Peter’s Basilica. Gereja ini dibuka untuk umum dari senin sampai jumat pukul 7.30-11 pagi, dan buka kembali pukul 16.00-19.00. Museumnya terletak di sebuah ruangan sebelah sakristi (Ruang Pastur) dan agak tersembunyi. Bila anda berkunjung, tanyakan saja “Il Museo” kepada pastur ataupun pekerja disitu. Mereka dengan senang hati membawa anda kesana. Museum ini tidak dikenai biaya.
Gereja tampak depan
Interior gereja Sacred Heart
Patung Bunda Maria berduka
Tahun 1897 terjadi kebakaran di salah satu kapel di gereja sacred Heart. Ketika apinya dipadamkan, Pastur Ketua melihat bayangan wajah kesakitan di salah satu tembok yang terbakar. Dia percaya itu bukti nyata bahwa api pencucian ada. Pastur ini pun menjelajah seluruh Eropa mencari benda-benda yang bisa dijadikan bukti. Itulah awal terbentuknya Purgatory Museum.
Benda-benda yang berhasil dikumpulkan berasal dari abad 17 hingga awal abad 20. Saat ini koleksi tersebut dipamerkan dalam figura kaca berukuran 3 kali 2 meter dan digantung di dinding ruangan.
Koleksi yang dipamerkan adalah bekas cap jari-jari hangus yang menempel di kain ataupun furnitur. Bahkan ada bekas cetakan tangan yang menempel pada buku doa dan alkitab . Di dekat figura terdapat selebaran dalam berbagai bahasa yang memberi penjelasan historis tentang tiap benda yang dipajang. Sebenarnya karena koleksi yang dipamerkan terbatas, lebih cocok disebut exhibit dan bukan museum.
Adik saya berfoto di depan koleksi