Melatih anak untuk fokus merupakan suatu tantangan bagi kebanyakan pendidik baik guru maupun orang tua. Anak tidak bisa fokus bisa jadi bukan karena anak tidak mau belajar tetapi bisa saja metode atau tahapan belajar yang kita gunakan kurang memfasilitasi anak untuk fokus. Selain mengenal karakter anak, kita juga perlu memerhatikan gaya belajar anak. Secara umum ada 4 macam gaya belajar anak yaitu visual, auditori, audiovisual dan kinestetik. Setelah kita mengetahui gaya belajar anak kita bisa mengarahkan anak kepada metode atau cara yang sesuai dengan tipe gaya belajarnya.
Namun, selain memahami gaya belajar anak, kita bisa terapkan juga ke dalam 9 tahapan teori gagne untuk membuat anak menjadi fokus dalam belajar. Teori gagne merupakan teori perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme. Menurut Gagne ada dua kondisi belajar yang terjadi pada anak yaitu kondisi internal dan kondisi eksterrnal. Kondisi internal adalah keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar. Kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Kondisi eksternal inilah yang masuk ke dalam 9 tahapan belajar (Gagne's nine levels of learning). Berikut ulasan singkat mengenai 9 tahapan belajar Gagne:
1. Gain attention (reception) : Memberikan perhatian
Mulailah pembelajaran dengan menarik perhatian anak. Perhatian anak dapat ditingkatkan dengan memberikan berbagai stimulus. Misalnya, memulainya dengan permainan, gerak dan lagu, atau aktivitas-aktivitas menyenangkan lainnya sebelum anak memulai pelajaran.
2. Informs learners of objectives (Expectancy)Â : Menginformasikan anak tentang tujuan pembelajaran
Pada tahap ini, anak perlu memahami untuk apa saya belajar materi ini sehingga mereka dapat mengetahui tujuan dari pembelajaran yang disampaikan. Misalnya, kita belajar menghitung supaya nanti kita bisa menghitung benda-benda di sekitar kita, uang, dsb.
3. Stimulating recall of prior learning (retrieval) : Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu
Pada tahap ini pendidik baik guru ataupun orang tua perlu mengingatkan anak tentang materi apa saja yang telah dipelajari/dikuasai sebelumnya dengan materi baru yang akan diajarkan. Misalnya, kita mau ajarkan anak membaca suku kata, kita perlu mereview kembali alphabet A-Z yang anak-anak sudah pelajari sebelum kita mau mengajarkan anak membaca suku kata.
4. Presenting the stimulus (selective perception) : Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan
Pada tahap ini pendidik bisa menyajikan informasi kepada anak berupa pokok-pokok materi yang penting dengan cara yang efektif. Pendidik perlu menentukan bahan ajar dan kegiatan seperti apa yang perlu dilakukan sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar. Misalnya guru sudah membuat lesson plan atau jika sebagai orang tua membuat list-list perencanaan apa-apa saja yang akan dilakukan untuk mengajarkan anak, lalu kita menentukan media apa yang akan digunakan misalnya menggunakan buku, video, alat peraga, dsb.
5. Providing learning guidance (semantic encoding)Â : Memberi panduan belajar
Panduan belajar diberikan agar anak mudah mencapai tujuan pelajaran atau kemampuan. Misalnya, anak diberikan langkah-langkah cara bagaimana menggambar atau membuat suatu karya 3 dimensi.
6. Excliting performance (responding) : Menampilkan kinerja
Disini mintalah anak untuk menampilkan kemampuan atau hasil karya yang sudah dibuatnya.
7. Providing feedback (reinforcement)Â : Memberikan umpan balik
Pada saat pembelajaran atau anak sudah melakukan tugas-tugas yang diberikan, berikanlah umpan balik bisa berupa evaluasi ataupun apresiasi terhadap setiap pencapaian yang sudah anak lakukan.
8. Assesing performance (retrieval) : Menilai kerja
Pada tahap ini kita perlu menilai apakah anak sudah mencapai tujuan atau belum. Banyak penilaian yang bisa kita gunakan, misalnya lembar soal-soal, lembar kerja anak, rubrik, dll. Dengan begitu kita bisa mengetahui apakah anak sudah memenuhi standar yang kita inginkan atau belum