Universitas Pelita Harapan selalu berupaya untuk menjaga relasi yang baik diantara para alumninya. Untuk itu, UPH Alumni Center menggelar acara Alumni Business Network pada tanggal 3 Oktober 2014.Acara yang dihadiri oleh 29 alumni UPH ini berlangsung di Bebek Bengil, Menteng, pada pukul 16.30-20.00.
“Tujuan diadakannya acara ini adalah untuk menciptakan kebersamaan diantara alumni UPH dan juga menjadi kesempatan untuk learn from each other. Kalau bisa untuk kedepannya beberapa dosen nanti dapat diundang juga sehingga para dosen tidak hanya mengajar dari kacamata akademik saja tapi dari practical experience dan ilmu yang didapat ini bisa di share lagi ke mahasiswa. Justru cerita pengalaman berbisnis dari para alumni ini dapat dijadikan case study yang sangat bagus. Jika sekarang ini pihak UPH yang masih menarik para alumni, kedepannya saya berharap para alumni kita sendiri yang dengan aktif mengadakan event seperti ini dan kami akan memberikan dukungan penuh untuk mereka”, jelas Budi Legowo selaku Wakil Rektor Bidang Koorperasi Eksternal dan Pengembangan Bisnis.
Alumni Business Network ini diawali dengan sesi presentasi dari dua alumni inspiratif yaitu Kinksky Bunyamin, Alumni Jurusan Ilmu Komunikasi 2004, Founder dari Koultoura Coffee; dan Mellisa Saputra Winata, Alumni Jurusan Manajemen Hotel 2001, Co-founder dari Pancious & Nanny’s Pavillon. Kedua pembicara ini membawakan topik “How to Develop Your Business and Reach The Gen Y Market?” dan dimoderatori oleh Ferry Irawan yang juga merupakan alumni UPH dari Jurusan Komunikasi 2004.
Kinsky Bunyamin berkesempatan untuk membagikan kisah nya dalam membangun Koultoura Coffee yang berlokasi di kawasan Jakarta Barat. Dari dulu, Kinksky memiliki cita-cita untuk membuat sebuah tempat dimana orang-orang dapat berkumpul dan merasa nyaman berada ditempat tersebut. Sang suami yang memiliki kecintaan terhadap kopi, akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah coffee shop yang diberi nama Koultoura Coffee. Pemilihan nama “Koultoura” sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti Culture.
Jakarta Barat dipilih menjadi lokasi dari Koultoura Coffee karena belum adanya coffee shop yang juga menyediakan menu-menu brunch di daerah tersebut yang notabene merupakan daerah Family Neighborhood. Koultoura Coffee memiliki strategi kreatif untuk bisa menarik kalangan Gen Y yaitu dengan dekorasi tempat yang unik dan nyaman dimana ide dekorasi tersebut muncul dari coffee shop diberbagai negara yang sudah pernah dikunjungi oleh pasangan suami istri yang hobi travelling ini. Selain itu, Koultoura Coffee memiliki icon-icon yang menjadi keunikan coffee shop ini seperti tokoh Foxy dan Papa Bear. Sosial Media juga menjadi senjata ampuh untuk menarik customer di Koultoura Coffee.
Dalam menjalankan bisnisnya ini, Kinksky selalu mengaplikasikan nilai yang ditanamkan kepada dirinya selama berkuliah di UPH. “Saat saya berkuliah di UPH, saya tidak hanya diajarkan teori saja, melainkan juga karakter. Di UPH karakter kita benar-benar dibentuk untuk bisa menjadi seoang leader. Sama halnya dengan di Koultoura ini, saya selalu berpesan kepada karyawan saya, bahwa disini kalian semua harus bisa memperoleh sesuatu yang lebih dari pada skill yaitu menjadi orang dengan karakter yang lebih baik. Saya mau setelah keluar bekerja dari Koultoura ini, karyawan saya bisa menjadi seorang yang lebih sukses bahkan membuka coffee shop sendiri. Itu akan menjadi kebanggaan tersendiri buat saya”, jelas Kinksky.
Mellisa Saputra juga membagikan kisah suksesnya dalam menjalani bisnis dibisang food and beverage yang dimilikinya. Mellisa sudah sangat mencintai dunia tata boga sejak ia memasuki SMK tata boga dan akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perkuliahannya di STPPH. Selama berkuliah di STPPH, ia bersyukur karena STPPH sangat mendukung dirinya untuk bisa mengembangkan talenta yang dimilikinya seperti menjadi asisten dosen meskipun ia masih junior dan mengikuti banyak kompetisi dimana ia berhasil meraih juara disetiap kompetisi tersebut.
Usai berkuliah, Mellisa yang mulai jenuh bekerja menjadi seorang karyawan dan memutuskan untuk membuka bisnisnya sendiri. “Pada tahun 2007, saya punya ide untuk membuka sebuah restoran khusus pancake pertama di Indonesia. Akhirnya saya berhenti kerja dan tanpa menunda-nunda lagi saya dan partner membuka restoran khusus pancake yaitu Pancious”, ujar Mellisa.
Selama menjalani bisnis nya ia tidak pernah merasa lelah karena passion yang dimilikinya terhadap dunia tata boga. Mellisa sempat menjual sahamnya di Pancoius dan kembali membuka restoran bersama dengan partner barunya yaitu Nanny’s Pavillon.
Menurutnya untuk bisa meraih market terutama gen Y, sebuah bisnis food and beverage tidak hanya berbicara menu makanan apa yang dijual, melainkan juga konsep yang unik namun tetap seimbang dengan kualitas pelayanan dan makanannya. Nanny’s Pavillon memiliki konsep yang kuat melalui ikon yang menjadi ciri khas sebuah restoran serta disetiap cabang restorannya memiliki tema yang berbeda.
“Untuk bisa meraup Gen Y ini gampang-gampang susah ya. Gen Y masih mudah dipengaruhi , karena mereka ingin banyak tahu. Tetapi sulitnya, mereka gampang sekali melakukan brand switching. Untuk itu yang paling penting adalah cara menciptakan bonding dengan customer kita, terutama Gen Y ini, dengan membuat event, mengundang blogger, serta kegiatan marketing lainnya yang bisa touch the customer secara lansung”, jelas Mellisa.
Mellisa juga menjelaskan bahwa menjalani bisnis sendiri memerlukan leadership yang tinggi untuk bisa memotivasi karyawannya. Ia selalu menekankan kepada karyawannya untuk bisa menjadi seorang leader dan pentingnya sebuah teamwork.
Setelah mendengarkan sharing dari kedua pembicara, para alumni diberikan kesempatan untuk bertanya. Salah satu alumni dari Jurusan Manajemen 2005, Raymond, yang baru ingin memulai bisnis Food and Beverage nya, bertanya mengenai tantangan yang dihadapi dalam menjalankan bisnis food and beverage yang dimiliki oleh kedua pembicara. Keduanya yang menjalankan bisnis dengan partner, menjelaskan bahwa kesulitan utama adalah menyatukan visi. Mellisa menambahkan bahwa berbisnis dengan partner memang pasti akan bisa menghasilkan bisnis yang lebih besar, namun ia menyarankan agar adanya kejelasan hukum untuk melindung kepentingan dari kedua belah pihak.
Usai sesi tanya jawab, acara dilanjutkan dengan makan malam bersama dan para alumni berkesempatan untuk membangun networking dengan sesama alumni. (ca)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H