Beberapa hari lalu, tepatnya pada tanggal 26 Juli 2021, kita dikejutkan dengan kabar berpulangnya seorang tokoh penting dalam dunia psikologi. Beliau adalah Albert Bandura, seorang psikolog Amerika yang lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mundare, Alberta, Kanada. Beliau meninggal di usia 95 tahun di kediamannya di Stanford, California, U.S akibat gagal jantung. Kematian Albert Bandura ini menyusul istrinya, Virginia Varns yang terlebih dahulu meninggal pada 10 Oktober 2011. Dari hasil pernikahannya dengan Virginia Varns, Albert Bandura memiliki dua orang putri yang diberi nama Carol Cowley dan Mary Bandura.
Kehidupan Masa Kecil Albert Bandura
Bandura merupakan anak bungsu dari 6 bersaudara. Ayahnya berasal dari Krakw, Polandia dan ibunya berasal dari Ukraina. Bandura kecil berasal dari keluarga yang sederhana, ayahnya bekerja sebagai pengatur jalur kereta api trans-Kanada. Lahir dan besar di sebuah kota terpencil tidak menjadi penghalang bagi Bandura untuk terus belajar. Justru keterbatasan pendidikan yang ada membuat sosok kecil Bandura menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki motivasi tinggi dalam belajar. Hal ini mengambil peranan besar dalam keberlangsungan karirnya di masa depan. Bandura bahkan pernah menempuh pendidikan di sekolah kecil yang hanya memiliki dua orang guru. Menurut Bandura, akses pendidikan yang terbatas mengharuskan siswa bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri. Bandura kecil berhasil mengubah keterbatasan menjadi kemampuan.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 1946, Bandura melanjutkan pendidikan di University of British Columbia dan lulus pada tahun 1949. Bandura menerima gelar master psikologinya pada tahun 1951 di University of Iowa. Setelah lulus, Bandura diterima bekerja sebagai dosen di Stanford University. Mulai dari sini, Bandura mulai menjalankan dan mengembangkan berbagai penelitian di bidang psikologi. Hingga di tahun 1946, Albert Bandura dilantik sebagai professor dan kemudian pada tahun 1980 mendapatkan penghargaan dari American Psychological Association untuk kategori Distinguished Scientific Contribution.Â
Eksperimen Boneka Bobo (The Experiment of Bobo Doll)
Eksperimen boneka bobo (the experiment of bobo doll) merupakan percobaan yang dilakukan oleh Bandura untuk menguji teori pembelajaran sosialnya. Percobaan ini merupakan percobaan yang membawa pengaruh besar di bidang psikologi. Percobaan ini dilakukan antara tahun 1961-1963. Subyek dari percobaan ini terdiri dari 72 anak-anak berusia 3-6 tahun dari sekolah pembibitan Stanford University. Bandura membagi subyek penelitian ke dalam tiga kelompok yaitu sepertiga anak-anak terpapar model agresif, sepertiga lagi terpapar model non-agresif dan sisanya masuk ke dalam kelompok kontrol.
Dalam percobaan ini, setiap anak akan dihadapkan pada kondisi secara individual, agar tidak terpengaruh atau terganggu oleh teman sekelasnya. Bagian pertama percobaan ini menempatkan anak dan orang dewasa ke dalam ruang bermain. Anak ditempatkan di salah satu sudut ruangan yang diisi dengan permainan seperti stiker dan perangko. Orang dewasa akan ditempatkan di sudut yang lain dengan satu set mainan, palu, dan boneka Bobo tiup. Anak akan diberikan peringatan untuk tidak memainkan permainan yang ada di sudut orang dewasa.
Pada kelompok anak-anak yang terpapar model agresif, orang dewasa akan bermain dengan boneka Bobo, kemudian perlahan mulai menunjukkan perilaku agresif terhadap boneka tersebut. Contoh perilaku agresif ini berupa memukul atau meninju boneka Bobo, dan menggunakan palu untuk memukul wajah boneka Bobo. Agresivitas juga ditunjukkan dalam bentuk perkataan atau secara verbal. Orang dewasa akan diminta menyerang boneka Bobo dengan berteriak "angkat dia!", "pukul dia," tendang dia," atau "lemparkan dia ke udara." Setelah 10 menit, model dewasa akan diminta untuk menghentikan perilakunya dan anak akan dibawa ke ruangan lain. Untuk kelompok anak yang terpapar model non-agresif, orang dewasa akan diberikan jenis permainan lain selama 10 menit tentunya tanpa menunjukkan perilaku memukul atau berteriak.
Tahap eksperimen selanjutnya, anak akan dibawa ke ruangan bermain yang lain untuk memainkan permainan baru yang lebih menarik seperti truk, boneka, dan gasing. Peneliti akan mengajak anak untuk bermain bersama selama 2 menit. Setelah waktu habis, anak akan diberitahu bahwa mereka harus berhenti bermain dan  tidak diperbolehkan untuk bermain lagi. Karena mereka harus bergantian dengan anak-anak yang lain. Kondisi ini diciptakan untuk memunculkan atau membangun rasa frustasi pada diri anak usia dini. Kemudian anak akan dibawa ke ruang eksperimen yang pertama untuk diminta bermain, permainan yang tadi dimainkan oleh orang dewasa.  Anak akan diberi waktu bermain selama 20 menit dan peneliti akan mengevaluasi perilaku yang muncul pada diri anak.
Hasil Eksperimen
Dari hasil eksperimen yang telah dilakukannya, Bandura menemukan fakta bahwa anak-anak yang terpapar model agresif cenderung akan meniru perilaku agresif tersebut. Gender juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih agresif saat bertemu dengan orang dewasa laki-laki yang agresif dibanding orang dewasa perempuan yang agresif. Sehingga kesamaan gender juga menjadi pengaruh agresivitas anak. Sementara untuk anak perempuan, temuan hasil sama namun tidak terlalu drastis. Anak-anak yang terpapar model agresif tidak hanya meniru perilaku namun juga verbal imitatif. Mereka benar-benar menirukan perilaku maupun perkataan orang dewasa yang agresif saat bermain dengan boneka Bobo. Ketika semua jumlah agresif dihitung, anak laki-laki menunjukkan 270 contoh agresif dan anak perempuan menunjukkan 178 contoh agresif.