Mohon tunggu...
Claodia Priskila
Claodia Priskila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Prodi Ekonomi Pembangunan

Suka berbisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Realita Kondisi Penerima Bantuan Sosial yang Tersembunyi di Tepian Sungai Kapuas Kota Pontianak

3 April 2024   21:20 Diperbarui: 19 Mei 2024   22:09 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ibu Syfa Maimunah yang berusia 67 tahun, merupakan salah satu warga penerima bansos PKH (Program Keluarga Harapan) yang berada di Kecamatan Pontianak Selatan. 

Beliau terakhir menerima Bantuan Sosial berupa Program Keluarga Harapan ini berjumlah Rp.600.000.00 per tiga bulan sekali dimana Rp.200.000,00 dijadikan dalam bentuk sembako dan yang Rp.400.000,00 diuangkan. Bantuan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup nya sehari-hari, karena beliau juga tidak bekerja. Selain itu juga, salah satu anak Ibu Syfa yang bernama Jamilah juga membantu kebutuhan sehari-hari Ibu nya.

Pendidikan terakhir Ibu Syfa Maimunah adalah SD. Ibu Syfa memiliki tiga orang anak (dua perempuan dan 1satu laki-laki), kedua anaknya perempuan sudah menikah dan satu anaknya yang laki-laki pergi bekerja di Ketapang dan memiliki kelainan mental.

Ibu Syfa hidup seorang diri dikarenakan suaminya sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Dengan keterbatasan yang ada Ibu Syfa memenuhi kebutuhan makannya  hanya 2x dalam sehari. Rumah yang ditempati oleh Ibu Syfa sekarang ialah rumah miliknya sendiri dengan setengah dinding tembok, beratapkan seng, dan berlantai kayu. 

Rumah Ibu Syfa Cukup luas untuk di tempati sendiri dengan panjang 12 m dan lebar 3,5 m. Di dalam rumah Ibu Syfa memiliki 4 ruangan yang dimana ruangan tersebut meliputi ruang tamu, dapur, kamar tidur, dan wc tanpa septic tank. Kondisi permukiman yang berada di pinggir sungai khususnya di Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat tidak memungkinkan bagi sebagian warga untuk mengakses air dari sumur bor dimana pemasangan sumur bor ini sendiri memerlukan biaya yang cukup tinggi, sehingga untuk mengakses air bersih warga sekitar harus berlangganan menggunakan PDAM. Namu bagi sebagian warga yang kurang mampu seperti Ibu Syfa, maka memanfaatkan air hujan untuk memasak dan minum merupakan salah satu langkah alternatif yang dapat diambil untuk mengurangi biaya pengeluaran. Di lingkungan sekitaran tepian sungai Kapuas ini tercemar dengan berbagai limbah seperti plastik, sampah organik hingga kotoran manusia yang menambah rasa ketidaknyamanan bagi warga yang tinggal di lingkungan tersebut terlebih bagi warga yang memanfaatkan air sungai untuk mandi dan mencuci. 

Di dalam kehidupan sehari-hari Ibu Syfa memasak menggunakan bahan bakar berupa gas LPG 3 kg. Penerangan yang Ibu Syfa gunakan ialah cantolan listrik dari rumah tetangga yang dimana Ibu Syfa mesti membayar 10 sampai 20 ribu rupiah per bulannya. Dan jika ada masalah kesehatan Ibu Syfa segera datang berobat ke puskesmas tanpa BPJS.

Aset kepemilikan yang Ibu Syfa punya hanya rice cooker dan TV yang berukuran 17 inch, akantetapi TV tersebut tidak bisa digunakan (rusak). Walaupun hanya memiliki beberapa aset tersebut dan tidak memiliki aset perkebunan dan lainnya. Ibu Syfa adalah seorang yang suka berbaur atau berinteraksi dengan tetangga-tetangganya, dengan keterbatasan ekonominya Ibu Syfa selalu ceria, menurut tetangganya.

Ibu Jamilah berusia 42 tahun ini merupakan warga penerima bansos Program Keluarga Harapan atau biasa disebut dengan PKH yang berada di Kecamatan Pontianak. Beliau terakhir menerima Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan ini pada bulan 12 tahun 2023 lalu, yang dimana berjumlah Rp600.000,00 per tiga bulan sekali dimana Rp200.000,00 di belanjakan sembako dan Rp400.000,00 nya diuangkan.

Ibu Jamilah sekarang bekerja sebagai seorang karyawan di toko sembako yang berada di jalan Prof. Moh. Yamin. Pendidikan terakhir Ibu Jamilah yaitu SMP.

Keluarga Ibu Jamilah dalam satu rumah beranggotakan 2 orang, Ibu Jamilah dan 1 orang anaknya. Anak Ibu Jamilah sekarang sedang menempuh Sekolah Dasar (SD). Suami Ibu Jamilah sudah meninggal pada tahun 2021 lalu. Ibu Jamilah bekerja sebagai karyawan toko sembako dengan pendapatan Rp.1.000.000,00 -1.500.000,00 per bulan, sehingga kebutuhan makan sehari-hari hanya 2x dalam sehari. Ibu Jamilah juga membiayai kebutuhan ibunya yang tepatnya bersebelahan dengan rumah miliknya.

Rumah yang ditempati oleh Ibu Jamilah sekarang ialah rumah miliknya sendiri dengan berdinding setengah tembok, beratapkan seng dan berlantai kayu, namun kayu atau papan yang digunakan sebagai patah diarea dapur. Rumah yang Ibu Jamilah tempati kurang luas dengan panjang 9m dan lebar 5m, serta luas tanahnya 11x5m². Di dalam rumah Ibu Jamilah memiliki 3 ruangan yang meliputi kamar tidur,ruang dapur, dan wc tanpa septic tank.akses air yang digunakan untuk minum ialah air hujan dan untuk mandi dan mencuci menggunakan air sungai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun