Mohon tunggu...
Rokhmad Munawir
Rokhmad Munawir Mohon Tunggu... -

Kaumbiasa | Peternak Puyuh Petelur | Petani |Linuxer | Blogger | Gusdurian | Member of PATTIRO | Open Data Community | tangan terkepal dan maju

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kepel : Parfum Alami Anti Kanker

11 Maret 2009   07:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:17 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika sampeyan-sampeyan berkunjung ke Kota Magelang dari arah Jogja dan ketika sampai di daerah bangjo Armada Mertoyudan (perbatasaan antara Kota Magelang dan Kabupaten Magelang) tengoklah sebelah kiri sampeyan tepatnya pada sebuah lahan berbentuk segitiga maka sampeyan akan melihat banyak pohon yang buahnya tidak menempel di dahan layaknya pohon-pohon lainnya. Namun buahnya menempel pada batangnya. Subhanallah.

Wong Jawa menamainya dengan Kepel (karena besar buahnya sebesar kepalan tangan) dalam bahasa Indonesia disebut dengan Burahol, diambil dari Stelechocarpus burahol (nama ilmiahnya). Konon ini adalah buah kesukaan kerabat keraton (Jogja dan Solo) karena menyebabkan keringat dan air kencing berbau tidak menyengat alias berbau harum. Makanya tidak mengherankan jika di Kraton (Solo dan Jogja) banyak tumbuh pohon ini.

Divisi : Spermatophyta Filum (Sub Divisi) : Magnoliophyta (nama baru dari Angiospermae) - Tumbuhan berbiji terbuka Kelas : Magnoliopsida (nama baru dari Dicotyledonae) - Tumbuhan berbiji belah/bercabang Ordo (Bangsa) : Fabales - Tumbuhan berbunga Famili (Suku) : Annonaceae Genus (Marga) : Stelechocarpus Spesies : Stelechocarpus burahol (Blume) Hook. & Thomson

Secara geografis, tanaman ini dapat tumbuh dan banyak dijumpai di Pulau Jawa dan Semenanjung Malaysia. Namun saat ini, tanaman ini tergolong tanaman langka. Di Jawa Tengah dan Jogja, lebih dikarenakan takut kuwalat karena meniru perilaku orang keraton makanya oleh para kawula alit tanaman ini dibabat habis. Sedangkan di Jawa Barat, masyarakat membabat tanaman ini karena menganggap tidak ada nilai ekonomisnya.

Ciri-ciri (anatomi) pohon Kepel adalah pohonnya tegak dengan tinggi mencapai 25 M. Daunnya berwana hijau gelap berbentuk lanset (bulat telor), tidak berbulu dan merotal tipis dengan pangkal daun panjangnya mencapai 1,5 cm. Tajuk atau kanopinya berbentuk kubah meruncing (layaknya pohon cemara). Cabang-cabangnya mendatar, sementara batangnya berwarna coklat cenderung hitam dengan diameter berkisar 40 cm.

Bunganya muncul pada tonjolan-tonjolan batang adalah bunga yang berkelamin tunggal, mula-mula berwarna hijau kemudian berubah menjadi keputih-putihan. Bunga jantannya terletak di batang sebelah atas dan di cabang-cabang yang lebih tua, berkumpul sebanyak 8-16 kuntum berdiameter 1 cm. Sementara bunga betinanya hanya berada di pangkal batang, diameternya mencapai 3 cm.

Buahnya bergerombol antara 1-13 buah. Panjang tangkai buahnya mencapai 8 cm; buah yang matang hampir bulat bentuknya, berwarna kecoklat-coklatan, diameternya 5-6 cm, dan berisi sari buah yang dapat dimakan. Bijinya berbentuk menjorong, berjumlah 4-6 butir, panjangnya sekitar 3 cm. Berat segar buah antara 62-105 g, dengan bagian yang dapat dimakan sebanyak 49% dan bijinya 27% dari berat buah segar. Buah kepel dianggap matang jika digores kulit buahnya terlihat berwarna kuning atau coklat muda.

Tanaman Kepel dapat tumbuh subur pada tanah lembab dataran rendah hingga sedang (100-610 m dpl). Perkembangbikannya generatif yakni dengan biji. Proses cangkok dan stek (vegetatif) tidak berhasil. Tanaman kepel relatif kebal penyakit (sampai saat ini belum ada laporan tentang jenis penyakitnya) sementara hama tanaman ini adalah kelelawar dan binatang pengerat (misal: tikus).

Manfaat buah kepel, seperti saya sampaikan diatas, adalah sebagai deodoran putri keraton. Selain itu juga digunakan sebagai peluruh kencing, pencegah radang ginjal. Buah kepel juga dapat menyebabkan kemandulan sementara pada perempuan, sehingga banyak digunakan untuk KB. Kayu batangnya dimanfaatkan sebagai perkakas rumah tangga. Tanaman Kepel juga dapat berfungsi sebagai tamanan hias peneduh. Daunnya adalah penangkap radikal bebas (anti-kanker)

Pustaka : Buku Pegangan Kuliah (BPK) Anatomi Tumbuhan dan Botani Umum terbitan Fakultas Pertanian UNS, tahun 1999.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun