Perubahan iklim menjadi salah satu permasalahan yang saat ini dialami seluruh negara di dunia. Perubahan ikim merupakan masalah lingkungan yang disebabkan oleh proses biotik, variasi radiasi matahari, pergeseran lempeng tektonik dan gempa bumi. Manusia juga bisa menjadi penyebab perubahan iklim dengan menyebabkan pemanasan global. Perubahan iklim berdampak ke seluruh sektor kehidupan manusia salah satunya adalah pertanian. Untuk mengatasi permasalahan itu, para ilmuan biologi banyak melakukan penelitian untuk menghasilkan produk pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim. Upaya yang saat ini sedang marak digunakan adalah melakukan pemuliaan tanaman secara mutasi dengan radiasi nuklir, penanganan pasca panen dan pengendalian hama tanaman.Â
Mutasi dengan radiasi nuklir merupakan aplikasi positif dalam bidang pertanian. Teknik tersebut dapat dilakukan dengan radiasi sinar gamma yang memicu mutasi genetik pada tanaman. Kromosom pada biji tanaman akan mengalami perubahan sehingga merubah sifat tanaman dan keturunannya. Hal ini memungkinkan para peneliti menghasilkan varietas tanaman yang lebih tahan penyakit, hama dan kondisi lingkungan yang ekstrem. BRIN (Badan Riset Inovasi Nasional) sampai tahun 2024 sudah menemukan banyak varietas baru bagi tanaman pangan diantaranya :
- 35 varietas unggul padiÂ
- 15 varietas unggul kedelai
- 3 varietas unggul sorgum
- 2 varietas unggul kacang hijau
- 1 varietas unggul kacang tanah
- 1 varietas unggul gandum
- 1 varietas unggul pisang
Sebagai contoh keunggulan dari varietas baru hasil radiasi nuklir terdapat pada padi. Varietas padi pandan wangi dari Cianjur berhasil diperpendek usianya sehingga lebih cepat panen dan diperluas daya adaptasinya terhadap berbagai kondisi lahan tanpa mengubah rasa dan aromanya. Pada kedelai selain menghasilkan varietas unggul yang memiliki usia pendek radiasi nuklir juga membuat kedelai mengalami peningkatan produksi. Untuk sorgum, karena bukan tanaman asli dari Indonesia maka keragaman genetik yang ada masih sangat terbatas. Sorgum memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan di Indonesia karena selain bijinya dapat menjadi sumber pangan, batangnya dapat menghasilkan air nira dan bioetanol.Â
Penanganan tanaman pasca panen dapat dilakukan dengan meradiasi dengan sinar gamma untuk mencegah terjadinya pembusukan akibat bakteri patogen. Iradiasi sinar gamma ini juga dapat diterapkan untuk pengawetan makanan dengan keunggulan tidak merusak gizi dari makanan tersebut. Hal itu menjadi sebuah hal baik mengingat pengawetan dengan cara konvensional atau kimia dapat merusak gizi dari makanan tersebut.Â
Selain dengan menghasilkan varietas baru tanaman dan penanganan pasca penen, radiasi nuklir dalam bidang pertanian juga berperan sebagai pestisida alami. Teknik yang digunakan adalah dengan membuat serangga hama menjadi steril sehingga tidak dapat berkembang biak. Hal tersebut membuat tanaman pangan lebih aman dikonsumsi karena tidak mengandung pestisida kimia.
Namun terlepas dari semua keunggulannya apakah aman jika kita mengkonsumsi produk-produk hasil radiasi nuklir tersebut?. Terlebih karena teknik yang digunakan adalah dengan meradiasi DNA menggunakan sinar Gamma sehingga beberapa bagian DNAnya berubah. Menurut Kepala BRIN, tanaman yang dihasilkan dari radiasi sinar gamma aman dikonsumsi karena sudah melalui uji riset dan tidak terdapat bahan kimia yang berbahaya. Selain itu menurut Kementerian Pertanian dan BPOM tanaman tersebut aman karena tidak mengandung bahan radioaktif.Â
Sudah waktunya kita mendukung para ilmuan Biologi negara kita dengan menghilangkan stigma negatif tentang radiasi nuklir pada bidang pertanian. Radiasi nuklir merupakan salah satu solusi untuk mengingkatkan mutu dan ketahanan pangan. Radiasi nuklir juga sudah membuka jalan bagi pertanian yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu kita perlu bekerja sama untuk mendukung Nuklir untuk pertanian sehingga Indonesia terbebas dari krisis pangan yang diprediksi melanda dunia di masa yang akan datang. (Citraarea)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H