Malam semakin larut. Kentongan pos kamling sudah terdengar dipukul 12 kali kira2 15 menit yg lalu. Aku berdiri menghadap 2 orang yang tertidur lelap. Dengan senjata mematikan siap di tanganku. Jantungku berdegup keras. Mataku mengamati tembok kiri kanan mencari makhluk Tuhan yang membuatku dendam. Sesekali kualihkan pandanganku ke arah 2 orang yg tertidur. Sekelebat bayangan nampak ke arah tembok sebelah kanan. Ku kejar dengan semangat 45. Dan....des..des.brak..brak..mampus kamu! Darah muncrat mengenai tanganku dan belepotan di tembok. Istriku bangun dari tidurnya.
"Kenapa toh pakne, malam2 ribut. Aduh temboknya belepotan darah. Istighfar pakne, apa yg pakne lakukan?"
"Hutang darah bayar nyawa bune"
"Iya, tapi jangan ditembok yg baru dicat!"
"Yang penting aku puas. Aku gak rela darahmu dan darah anakmu dihisap si nyam-nyam!"
"Oalah...nyamuk-naymuk, kamu bikin kotor tembok!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H