Mohon tunggu...
Citra Rizcha Maya
Citra Rizcha Maya Mohon Tunggu... pegawai negeri -

I wanted to be that quirky girl who writes silly stories that still have meaning.❤\r\n\r\n\r\nhttp://ceritacintaciptaancitra.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

The Half Blood Princess (Putri Berdarah Ungu) Part 15

22 Juni 2011   15:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:16 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku menangis, walau sebenarnya tak tau bagian mana yang kutangisi, terlukanya Dante atau terlukanya hatiku atas perlakuan Mama, apa haknya melakukan hal ini padaku, oke dia Mamaku, hanya karena dia melahirkan aku dia merasa dia berhak atas hidupku?tidak, tentu saja tidak, dia hanya melahirkan aku, memberiku uang dan fasilitas, sementara aku dan dia tinggal di dunia yang berbeda, apa masalahnya bila aku punya pacar? Oke aku tau, aku bisa mengerti bila aku dan Dante agak terlalu jauh, yeah kami berciuman..tapi ya ampun haruskah ia berbuat seekstrem itu?

“Ghie…”Alih-alih menenangkan Dante yang terluka, Dante malah menenangkanku. Aku merebahkan kepalaku dipangkuannya, menangis sejadi-jadinya, kurasakan Dante mengelus-elus kepalaku.“Maaf…harusnya aku nggak …”

“Aku yang minta maaf untuk apa yang dilakukan Mama…”Aku merasa ada pasir di tenggorokanku.

“Hey…ini salahku, aku nggak sopan” Dante menyalahkan dirinya. “Aku nggak percaya aku sebego ini, mengantar seorang gadis lewat tengah malam dan begitu berani menciumnya di depan ibunya.”

“Ya ampun kamu nggak salah…”Aku protes diantara isakku, aku bangkit dan menatapnya.

“Ghie, setelah nyampe klinik, kamu langsung balik ya…harusnya kamu nggak ikut, ini cuma memperparah keadaan, aku baik-baik saja, aku pernah terluka lebih parah…stop pak” Taxy berhenti di depan klinik, Dante membuka pintu, “Pak tolong antar balik ya…” Dante menutup pintu dan Taxy pun melaju tanpa sempat mempertimbangkan apa yang kupikirkan, harusnya aku bersama Dante, tapi Dante benar, ini hanya akan memperparah keadaan, tapi aku tak ingin pulang, dan menghadapi Mama, aku tak tau harus bereaksi bagaimana, jadi kuputuskan untuk tidak pulang, aku meminta Taxy mengantarkanku ke sebuah hotel, aku perlu menenangkan diriku malam ini.

Dan malamku tak seperti prediksiku…malam ini tak berakhir berakhir bahagia, kupikir aku bisa tertidur dengan senyum permanen di kamarku malam ini, mencoba mengulangi sekali lagi apa yang telah terjadi segala hal indah yang kulewati bersama Dante, aku tak bisa memahami apa yang sedang dimainkan oleh takdirku.

***

Aku menyewa sebuah suite, aku tak berpikir panjang, aku tak tau harus melakukan apa, dulu, aku dan Eve juga Niken, menyewa sebuah suite di akhir pekan untuk Pajamas Party yang tak selalu kunikmati, sekarang aku sendiri disertai pikiran galauku. Kulempar tas Birkin-ku ke tempat tidur, kuhempaskan flat shoes-ku secepat kubisa, dengan segera kutelanjangi diriku dan menuju ke kamar mandi, dan kudapati apa yang kucari, diantara alat cukur, terlihat cantik dalam kilau silvernya, sempat khawatir hanya ada pisau cukur elektrik, kupikir, ternyata aku menemukannya, setajam yang kuinginkan, dan rasanya akan sangat menyakitkan sekaligus menyenangkan ketika kugoreskan dan sedikt demi sedikit, kusayatkan dikulitku yang dipenuhi bekas goresan-goresannya yang lalu yang mulai sembuh tapi tak benar-benar menghilangkan bekas, masih menyerupai gurat-gurat cantik yang mengelap di kulit kuning langsat terangku. Aku duduk di toilet dan mulai menyayat-nyayat kulitku, ada ketenangan ketika sakit itu mulai terasa, ada kenikmatan ketika dari celah-celah kulitku mengalir cairan merah indah, kusentuh darahku dengan ibu jariku, lalu kukecap darah itu dilidahku, rasanya manis dan anyir, kubuat goresan lebih banyak lagi di kulit pahaku yang tipis, aku meringis, aku menangis, tapi anehnya aku merasa sangat tenang, ini rasa yang menyenangkan. Apa peduliku dengan malamku yang berakhir dengan tragedi? Aku mencoba melupakannya.

Setelah rasa sakitnya menjalariku, aku menghempaskan silet itu ke lantai, kunyalakan lilin aroma terapi, kunyalakan air panas, kuteteskan minyak essensial, dan aku masuk berendam dalam Jacuzzi, kuliku serasa nyeri ketika luka-luka itu bertemu dengan air, tapi itulah yang kuinginkan, kupejamkan mataku sejenak, kurasakan setiap kesakitan yang menyiksa tapi kunikmati itu, sayup-sayup kudengar dalam pikiran bawah sadarku, alunan Silhouette Kenny G, aku mendapatkan ketenanganku, tapi aku tau ini tak lama, kurasakan air mulai mendingin aku mulai menggigil, aku bangkit dari Jacuzzi, kupikir aku sudah terlalu lama, jari-jariku mengkerut, kuambil Yukata dan mengenakannya, berjalan ke kamar dan menghempaskan diriku ke tempat tidur, waktu itu nyaris jam tiga pagi.

***

Smart phone-ku bordering, sayup-sayup kudengar suara Eve di ujung telepon.

“Elo dimana?”

“Hmmmmmmmmm”

“Ghie, semalam Nanny loe telpon, gue bilang loe di tempat gue, boong deh gue, loe dimana sih? Kok loe nggak angkat telpon Nanny elo? Loe ma Dante ya?” Suara cerewet Eve memperparah pusing kepalaku.

“Gue sendiri, elo dimana? Gue nyamperin elo sekarang” kataku masih dengan suara serak dan pikiran masih setengah sadar.

“Ghie…are you oke?”

“Elo dimana?”tanyaku tegas

“Di sekolah…ada bazaar, masa elo lupa?”

“Oke …gue kesana”

***

Aku masih merasa kepalaku masih sedikit pusing dan mataku sembab, sisa-sisa kesedihan semalam, Dari jendela Taxy kulihat Eve menungguku di gerbang sekolah, dan segera menyongsongku ketika aku keluar dari Taxy disertai rentetan pertanyaan yang sejujurnya tak ingin kudengar sekarang.

“Jangan nanya macam-macam lagi” aku memakai kacamata Jackie O-ku, itu menyelamatkan mata sembab dan muka kusutku. Aku hendak berjalan cepat menuju stand yang tadinya adalah stand-ku, stand tempatku, dulu saat aku sebagai calon ketua OSIS, sekarang milik Niken dan ambisinya yang tinggi. Dulu kupikir aku akan melelang buku-buku koleksiku disana dan uangnya akan aku sumbangkan untuk anak jalanan. Eve menarikku dengan keras, dan aku nyaris menjerit.

Brunch yuk…di stand-nya Gazka, ada live music-nya lho, Gazka sendiri yang nyanyi sambil mainPiano banyak cewek-cewek disana, kapan lagi dengerin dia nyanyi lagu-lagu romantis, mang tuh cowok bisa dipastiin ngerebut banyak suara untuk posisi ketua OSIS percaya deh! Elo tenang aja, Niken bakalan kalah.”

“ Eve….seandainya elo bisa berhenti bicara sebentar saja, gue akan sangat berterima kasih” Seandainya aku punya cukup tenaga untuk bicara lebih keras ingin sekali aku meneriaki Eve. Dia menyeretku dan aku hanya mengikuti kemanapun ia membawaku, dan akhirnya kami duduk di kursi plastik yang biasanya ada di kantin, sebelumnya Eve mengusir sekelompok cewek kelas sepuluh agar kami bisa duduk di sini. Aku melihat tatapan mendelik anak-anak kelas satu itu ke arahku, aku sedang tak ingin mempedulikan mereka sekarang. Kudengar alunan piano memainkan salah satu lagu Jamie Cullum, Mind Trick kurasa, Gazka bernyanyi, kupikir suaranya lumayan juga.

Eve memanggil cewek kelas satu yang memakai Tutu dan sepatu Ballet yang pastinya dengan senang hati membantu Gazka di stand-nya sebagai waitress, Eve minta dibawakan roti bakar coklat dan Cappucinno, tapi sayangnya aku tak ingin makan apa-apa. Gazka selesai bernyanyi dan mendatangi meja kami.

“Hai” Sapa Gazka, dengan gaya khas cowok-cowok idola para cewek.

“Halo” Sapa Eve riang,.

“Hi” Sapaku datar

Gazka hendak bicara tapi seorang gadis cantik yang aku yakin dia bukan siswa sekolah ini, mendatanginya dan menarik tangannya mengajaknya pergi, ragu-ragu Gazka akhirnya pergi juga dan dia hanya melambaikan tangannya, kulihat cewek itu menatapku agak lama, untungnya aku memakai kacamata.

“Huh! Barang bagus pasti udah ada yang punya patah hati dweh tuh cewek-cewek”

“Eve…”

“Iye”

Nanny gue nggak ngomong sesuatu sama elo?” aku bertanya ragu, sejujurnya aku ingin tau, tapi aku belum yakin apakah aku berniat pulang atau tidak

“Gue pikir elo mau bahas Gazka”

“Eve gue serius”

“Nyokap elo minta elo pulang, itu katanya” Jawab Eve datar “Nggak biasanya ya” Eve tersenyum kecut, “Ghie…ada masalah?”

“Sedikit” jawabku pelan, aku tersenyum tipis untuk meyakinan bahwa ini bukan masalah berat. “Kalo gitu gue mesti pulang”

“Gue antar ya?” tawarnya, “tapi gue mesti langsung balik nggak bisa mampir, gue ada janji sama Banu”

“Nggak kok, nggak papa gue balik sendiri, hmmmm….kalo elo ketemu Dante, bilangin kalo gue…nggak jadi deh, tar gue telpon dia aja” Aku berlalu pergi, dengan sedikit berlari agar Eve tak mengikutiku, aku berjalan memutar ke arah sebaliknya dan melewati stand Niken, kulihat dia disana, dan alangkah terpukulnya aku, ketika kulihat salah satu barang yang dilelangnya, dikenakan oleh manekin dengan senyum kakunya, sebuah mini dress berwarna pink-fuschia, itu adalah kado ulang tahunku untuknya bulan lalu, dan aku berpapasan dengan Niken yang berdiri tepat di depanku, buru-buru aku berlalu.

Aku menyetop Taxy yang melintas di depanku, kubuka pintu Taxy dan menghempaskan diri di jok penumpang, rasanya segala sesuatu yang terjadi padaku benar-benar tidak adil, tapi itulah hidup, seharusnya aku sudah terbiasa dengan ketidakadilan ini, rasanya aku merasa tak harus menangis ketika kuingat kembali persahabatanku dengan Niken, jadi buru-buru kuhapus air mata yang kurasa tak perlu itu. Mataku menatap keluar jendela, dan ketika mataku membaca plank nama apotek, spontan kuminta Taxy-nya untuk berhenti.

Stop pak! Tunggu sebentar ya…” aku keluar dari Taxy dan memasuki Apotek, sengaja aku membeli beberapa macam vitamin yang aku tau takkan aku gunakan, dan ku rogoh kantung bajuku, untunglah benda itu masih ada, tablet berwarna biru itu, ragu-ragu kumainkan tablet itu diantara telunjuk dan ibu jariku.

“Hmmmmmm…mbak aku mau tanya dong” awalnya ragu-ragu, tapi senyuman dari apoteker yang ramah itu membuatkuyakin untuk bertanya.

“Iya, ada yang bisa saya bantu?”

Kuperlihatkan tablet biru itu

“Ini obat apa ya mbak?”

“Oh…Haloperidol” jawabnya, tanpa mengucapkan terima kasih aku pergi begitu saja, dan di Taxy, aku menggogle via Smartphone-ku, mencoba mencari tau apa itu Haloperidol, dan inilah hasil penelusurannya.

Haloperidol, Antipsikotik untuk Berbagai Usia

Psikotik adalah salah satu kelainan psikiatri yang sering dijumpai. Salah satu obat yang efektif untuk terapi gangguan psikotik adalah haloperidol. Penggunaannya telah terbukti ampuh pada pasien berbagai usia.

Haloperidol adalah obat yang dikategorikan ke dalam agen antipsikotik, antidiskinetik, dan antiemetik. Obat ini diindikasikan untuk kelainan psikotik akut dan kronik, seperti skizofrenia, gangguan manik, dan psikosis yang diinduksi obat misalnya psikosis karena steroid. Haloperidol juga berguna pada penanganan pasien agresif dan teragitasi. Selain itu, obat ini dapat digunakan pada pasien sindrom mental organik dan retardasi mental. Pada anak haloperidol sering digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku yang berat.

Secara umum haloperidol menghasilkan efek selektif pada sistem saraf pusat melalui penghambatan kompetitif reseptor dopamin (D2) postsinaptik pada sistem dopaminergik mesolimbik. Selain itu, haloperidol bekerja sebagai antipsikotik dengan meningkatkan siklus pertukaran dopamin otak. Pada terapi subkronik, efek antipsikotik dihasilkan melalui penghambatan depolarisasi saraf dopaminergik.

Haloperidol memiliki beberapa karakteristik farmakodinamik. Konsentrasi plasma terapi obat ini berkisar 4-20 nanogram per mL (0.01-0.05 mikromol per L). Ikatan haloperidol dengan protein dalam darah sangat tinggi yaitu mencapai 92%. Pada penggunaan secara oral, tingkat absorpsi haloperidol adalah 60%. Volume distribusinya adalah 18 L/Kg. Sekitar 40% dari dosis oral tunggal akan dieliminasi melalui ginjal. Biasanya obat ini diekskresikan melalui urin dalam lima hari. Sejumlah 15% dari dosis oral diekskresikan melalui feses oleh eliminasi empedu.

Pada remaja dan dewasa, haloperidol sebagai antipsikotik dan antidiskinetik digunakan secara oral dengan dosis awal sebesar 500 mcg (0.5 mg) sampai 5 mg sebanyak 2 -3 kali per hari. Peningkatan dosis dapat dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan dan daya toleransi. Batas dosis pada orang dewasa adalah 100 mg per hari.

Pada anak-anak yang berusia 3-12 tahun dengan berat badan dalam kisaran 15-40 Kg, haloperidol dikonsumsi secara oral dengan dosis awal 50 mcg (0.05 mg) per Kg/BB/hari (dibagi ke dalam 2-3 dosis). Sementara itu, pada pasien usia lanjut dosis yang digunakan adalah 500 mcg– 2 mg sebanyak 2-3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap sesuai kebutuhan dan toleransi yang diperbolehkan.

Efek samping haloperidol berbeda pada berbagai tingkatan usia. Efek samping yang sering terjadi pada anak-anak adalah efek piramidal. Sementara itu, pada pasien usia lanjut efek samping yang sering muncul adalah efek ekstrapiramidal dan hipotensi ortostatik. Efek samping itu dapat dicegah dengan penggunaan dosis awal yang lebih rendah dan peningkatan dosis secara bertahap.

Penggunaan haloperidol harus disesuaikan dengan keadaan individu dan usia pasien. Pemberiannya harus mempertimbangkan faktor risiko dan manfaat untuk menghindari timbulnya efek samping yang lebih berbahaya. Dengan demikian, pasien yang menggunakan obat ini harus membaca petunjuk pemakaian dengan seksama. Primz

Setelah aku mengetahuinya, yang kuinginkan hanyalah agar aku bisa tiba di rumah secepatnya..

sebelumnya

1.http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/06/05/the-half-blood-princess-putri-berdarah-ungu-part-14/

bersambung ke

1.http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/06/23/the-half-blood-princess-putri-berdarah-ungu-part-16/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun