Mohon tunggu...
Citra Rizcha Maya
Citra Rizcha Maya Mohon Tunggu... pegawai negeri -

I wanted to be that quirky girl who writes silly stories that still have meaning.❤\r\n\r\n\r\nhttp://ceritacintaciptaancitra.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasia Gadis (48)

28 Januari 2012   05:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:21 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

(Enzo)

Dalam setiap dongeng akan selalu ada kutukan dan keajaiban

Kutukan adalah mantra jahatnya

Dan keajaibannya?

Adalah cinta yang akan menyembuhkan segalanya.

***

Aku memilih membolos sekolah daripada menyaksikan guru sejarahku stand up comedy di depan kelas, si bapak lebih cocok melawak daripada mengajar. Memang pelajarannya jadi tak membosankan hanya saja…ilmu sejarahnya mental begitu saja tergantikan oleh lelucon yang hanya membuat seisi kelas terpingkal-pingkal.

Konsentrasiku buyar begitu saja saat mengawali hari dan menemui seseorang yang membuatku merasakan perasaan yang berbeda, aku tidak gila, hanya rasa terpesona berlebihan yang membuatku tak bisa menggunakan akal sehat dan logika. Copelia, Copelia, Copelia, semua gara-gara dia.

Dan sekarang tebak apa yang kulakuan? seperti orang gila mengintipnya melalui jendela terhalang kaca.

***

“Apa yang kamu lakukan di depan kelasku, sepanjang jam pelajaran tadi?” dengan wajah masam tapi tetap terlihat manis, Copelia mencecarku begitu saja saat bel berdering nyaring dan dia cepat-cepat menghambur keluar tepat di belakang guru matematikanya, yang melewatiku begitu saja dengan tatapan menghina. Katakan padaku, guru mana yang tak membenci siswa yang hobi membolos?

“Kenapa? elo grogi?” aku menggodanya “gue liat kali beberapa kali elo ngejatuhin pulpen dan kertas-kertas”

“Tanganku licin dan angin yang menerbangkan kertas-kertasnya, sok tau!”

“Terserah…tapi yang jelas tampang elo merah!”

“Oh ya? Dia menatapku kesal “Lebih mudah buat kupingku untuk tetap terjaga dari kemungkinan radang telinga kalau kamu tidak di dekatku, sejujurnya aku lebih suka tidak ada kesepakatan diantara kita! Jangan paksa aku untuk berubah pikiran” dia melangkah cepat, berjalan mendahuluiku, tapi langkah kucingnya tetap bisa terkejar olehku.

Sorry sorry sorry” aku membujuknya, aku akan merasa lebih tersiksa bila lagi-lagi Aimee datang menggoda. Aku tak mau terlibat masalah lebih jauh dengan cewek gila semacamnya.

“Wow, ada yang ketakutan” dia menyindirku.

“Okay…permainan dibawah kendali sang tuan putri, puas?”

“Belom, tentu saja…aku perlu bantuanmu untuk melakukan sesuatu.”

Dia berpikir sejenak. “Pulang sekolah nanti ayo kita mengunjungi suatu tempat.” Kedengarannya hebat, aku akan menganggap ini seperti kencan.

***

Ternyata khayalanku terlalu tinggi, tebak kemana dia membawaku pergi sore ini? Setelah sekolah bubar dia mengajakku kembali ke rumah yang bagai dongeng dalam dunia nyata. Aku tak diizinkan masuk hanya menunggu di gerbang dibawah tatapan …bukan security bukan body guard tapi seperti anak buah mafia dengan jas dan kacamata hitam, keren dengan rambut tertata dan sepatu mengkilat, harusnya mereka diberi pegangang berupa tombak dan perisai juga baju besi, tambahkan beberapa naga, kurcaci, dan goblin di depan halamannya maka aku akan percaya bahwa ada juga dongeng dalam kisah nyata. Tebaklah hal yang jauh lebih gila! Aku sungguh terpana, saat Copelia keluar rumah dengan memakai kostum balet, dan sebuah teguran!

“Jangan menatapku seperti itu, ini kostum Odette, seorang putri yang dikutuk penyihir menjadi seekor angsa putih. “ dia seperti hendak menelanku, ah cewek memang gampang tersinggung dan selalu berpikir negatif tentang pandangan cowok, tatapanku bukan tatapan aneh, mengejek atau semacamnya, ini hanyalah jenis tatapan penuh kekaguman.

Dibelakangnya seorang wanita gemuk tua beserta dua orang pria membawakan kotak-kotak besar, dan tanpa permisi langsung saja memasukkan kotak-kotak itu ke dalam mobilku, dan aku tak berani protes, selain tatapan dingin mereka, aku tak mau lagi Copelia akan berubah pikiran.

“Itu kotak-kotak berisi kue dan hadiah” Copelia menjelaskan “Kita akan ke panti asuhan, aku akan menghibur adik-adik di panti asuhan, oh ya? Boleh kita mampir sebentar di toko mainan?” dia menatapku dengan penuh pengharapan. Entah mengapa firasat tak enak menyergapku. “Kita perlu membeli banyak balon dan…kostum badut buatmu.” Oh Tuhan, aku tak tau bagaimana bisa aku terjebak di sini.

***

Sepanjang perjalanan…sungguh kesabaranku diuji oleh cobaan yang sangat besar, aku cuma ingin bilang, lelaki bukan pendengar yang baik, tapi Copelia sungguh tak ingin peduli, dia terus saja mengoceh tentang, balet, dongeng, kisah  cinta dan…dia bahkan menceritakan kisah Swan Lake yang sungguh tak kutangkap apa maksudnya.

“Kamu tau komposer untuk ballet Swan Lake ini siapa?” dia bertanya seolah aku tertarik dan peduli.

“Jay Z?” aku menjawab asal, dan yang pasti salah total

“Uh…” dia memutar bola matanya. “Jay Z baru bermusik, dan…jawabannya Pyotr llyich Tchaikovsky, dia komposer hebat”

Yeah sangat hebat bahkan mengingat nama orang tersebut lebih sulit dari menjawab ulangan Sejarah.

“Dulu sekali, sekitar tahun 1875 hingga 1876 skenarionya disusun oleh Vladimir Begichev dan Vasiliy Geltser…”

“Apa gue perlu menghafal nama mereka?” aku bertanya dengan kesal.

“Mungkin aku bisa memberimu ulangan tentang pengetahuan balet” dia menjawab sekenanya. Oh…baiklah, aku adalah pihak yang harus mengalah, kendali di tangan ratu Es dari Kutub Utara. “

“Kamu harus tau …ini bagian pentingnya, Swan Lake ini terinspirasi dari dongeng klasik…ada yang mengatakan bahwa ini diangkat dari legenda Jerman kuno, Der Geraubte Schteier tapi ada juga yang mengatakan bahwa pertunjukan balet Swan Lake ini berasal dari cerita rakyat Rusia…”

“Gue tau…Donald Duck!” dan aku mendapat pelototan tajam.

“Jangan ngasal deh, yang bener The White Duck…”

“Okay…whatever!” aku kesal “Yang penting belakangnya sama-sama ada kata duck-nya ribet amat”

“Huh…sekarang kamu harus fokus nyetir dan fokus dengerin ceritaku…nggak pake protes!”

“Okay….” Seolah aku punya pilihan lain

“Dahulu kala…berabad-abad lamanya” Dongeng tidak aman untuk seseorang yang sedang berada di jalan raya. Tapi masa depanku lebih tak aman bila aku membantahnya. “…ada seorang pria jahat kurang kerjaan bernama Von Rothbart, dia menyihir gadis cantik nan baik hati bernama Odette, mau tebak dia jadi apa…?” seakan ingin membangkitkan minatku.

“Bebek!” aku menjawabnya asal saja, yang benar pastinya angsa, tapi sedikit membuatnya kesal akan membuat posisi kita seimbang.

“Angsa…mereka masih bersaudara…tapi angsa jauh lebih indah” penjelasan khas perempuan, indah dan jelek, angsa indah dan bebek jelek, tapi…aku pernah makan daging bebek, dan apakah ada yang menyajikan angsa panggang?

“Okay…angsa…lalu?”

“Odette dikutuk menjadi angsa sepanjang hari dan hanya akan menjadi manusia di malam hari, sungguh sebuah tragedy, Odette yang malang sungguh sangat menderita “ seolah dia meresakan penderitaan si angsa jadi-jadian, tampang Copelia ikutan terlihat merana “dan tebaklah bagaimana agar kutukan itu bisa terpatahkan?” dia kembali menanyaiku

“Mungkin si Odette perlu ke dokter hewan…atau dukun barangkali? Di Eropa dukun di sebut apa?”

“Oh….sepanjang hidupmu kamu tidak pernah mendengar dongeng?” dia bertanya dan memandangku dengan tatapan mengasihani ketika secara spontan aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Apakah dongeng itu penting, aku lahir dan besar di asuh oleh televisi yang menayangkan film perang, dimana senjata dan darah adalah bintang utamanya.

“Baiklah…jawabannya cinta sejati…cinta sejati adalah penawar untuk segala sihir!” dia berseri-seri saat mengatakan tentang kehebatan cinta, yah wanita memang selalu suka drama

“Boleh bertanya?”

“Yah…silahkan?”

“Bagaimana bisa cewek yang terkena kutukan akan ditemukan seorang cowok yang mau mengungkapkan cinta? Dia adalah setengah angsa dan …maaf saja, cowok suka cewek yang …lupakan!” aku tak ingin membuatnya tersinggung ketika aku harus menjelek-jelekkan kaumnya.

“Yakin tak ingin menyelesaikan pertanyaanmu?”

“Yeah pastinya”

“Baiklah…akan kulanjutkan…ada seorang pangeran untuk seorang putri jelita, selalu begitu…”

“Lalu apa kabar dengan cowok krempeng dan cowok gendut jerawatan?” aku bertanya lagi, setidaknya itu mungkin membuatnya percaya aku antusias dengan obrolannya.

“Dalam dongeng tidak ada hal yang jelek, kecuali, monster dan mereka yang berhati busuk….akan kulanjutkan lagi… nama pangeran itu adalah Sigfried dan dia jatuh cinta pada Odette”

“Haruskah namanya sesulit itu?”

“Itu nama yang indah”

“Oh”

“Pangeran Sigfried dianjurkan menikah oleh ibunya…dan tebaklah…Von Rothbart memanipulasi keadaan, dia mengubah putrinya yang jelek…Odile menjadi terlihat seperti Odette agar pangeran Siegfried menikahinya…”

“Kapan ceritanya happy ending?”

“Huah kamu memang menyebalkan!”

“Ayolah Copelia…katakan segera, setelah si penyihir jahat mati, karena pangeran membunuhnya dengan pedang perak, dan si pangeran menyatakan cinta lalu mencium si putri, semuanya menjadi…happy ending ada pernikahan tujuh hari tujuh malam, dan…aku harap akan ada perceraian karena …seharusnya kisahnya lebih mirip realita, pernikahan itu menjemukan dan anggap saja bahwa kutukan angsa putih itu tidak benar-benar bisa terlepas dari sang putri, karena sang pangeran itu playboy, dan cinta untuk sang putri akan terbagi untuk korban sihir lainnya, ayolah jumlah putri terkutuk banyak dan pangeran perkasa sangat terbatas, jadi….”

“Seharusnya kamu tutup mulut dan berhenti merusak cerita indah”

“Dan seharusnya kita turun mobil sekarang, dan satu lagi, setelah ceritamu aku berterima kasih perjalanan lancer dan yeah kamu melupakan kostum badutnya. “aku merasa menang, tapi tidak dengan Copelia, bibirnya mengerucut, tapi yeah Copelia adalah Copelia selalu jelita.

Aku membukakan mobil untuknya dan…anak-anak panti asuhan berlarian menghampirinya, memandang takjub seakan dia adalah Odette dari dongeng Donald Duck..oh Swan Lake…dan siapa tadi nama pangerannya? Kurasa Enzo, dan yeah itu benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun