Rita: I just don't know what to call you: retarded, mentally retarded, mentally handicapped, mentally disabled, intellectually handicapped, intellectually disabled, developementally disabled... Sam: You can call me Sam.
Ada yang bisa menebak itu dialog film apa? Yeah, iyu Dialog Film I am Sam, film lama, sekitar tahun 2001, salah satu film favoritku, selain karena soundtrack-nya diisi oleh lagu-lagu keren Beatles, ada banyak pelajaran penting yang bisa didapatkan dalam film itu, tapi tulisan ini tidak akan membahas lebih detail tentang film itu (saranku kalo belum nonton, di tonton yak….Oooopss!)
Coba sekali lagi kita lihat potongan dialog itu, baiklah aku mungkin harus menceritakan sedikit, Rita adalah seorang pengacara, tentunya kita bisa menilai dirinya lebih pintar karena Sam hanyalah seseorang penderita retardasi mental, tapi apakah si Rita sepintar yang kita pikirkan? Menurutku TIDAK!!!!! Dia kebingungan menyebut Sam dengan apa? Dan Sam dengan polosnya menjawab kamu bisa memanggilku dengan Sam, ini sederhana, mari kita ingat-ingat sedikit yuk, seberapa sering kita lebih suka memanggil seseorang dengan sesuatu yang bukan namanya? Maksudku, kadang kita memanggil hey cungkring, hey pesek, hey gendut, atau semacamnya, sementara kita tau panggilannya yang sebenarnya, bukan karena kita tidak tau tapi karena kita lebih suka sedikit mengolok-olok, itulah masalah beberapa diantara kita (aku termasuk L(() , sewaktu-watu itu bisa terdengar lucu dan menyenangkan tapi yang pasti itu akan membuat orang tersinggung. Dan pertanyaannya, kenapa menyebut seseorang dengan olok-olokan itu terasa lebih mudah dilakukan dan sangat menyenangkan daripada memanggil nama sebenarnya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H