Ada rasa kerinduan untuk menikmati alam, khususnya menikmati hasil alam secara langsung. Dulu, ketika liburan di Pulau Tioman, Malaysia. Pulau yang memang menawarkan keindahan alam dan hidup ala pedesaan. Pagi hari, bangun dan menikmati sarapan sambil memandang alam yang indah. Apalagi di sana, ada peternakan lebah kelulut.
Hampir di setiap rumah penduduk di Kampung Mukut itu, ada rumah lebah yang dibuat warga setempat. Tidak perlu takut, karena lebah kelulut itu bentuknya kecil dan mirip lalat sekilas. Mereka hanya terbang sejauh 5 kilometer untuk mencari makan. Lebah yang tak memiliki sengat yang berbahaya bagi manusia. Tak heran, rumah di Kampung Mukut penuh dengan bunga dan pepohonan.
Rasa rindu menikmati minuman manis tanpa gula dan tak langsung melihat prosesi panen madu. Namun, untuk berpetualang ke Kampung Mukut lagi untuk sekarang ini, biayanya semakin besar, harga kapal feri antara Bintan dan Malaysia semakin melambung. Ya sudah lah, hanya bisa disimpan dalam kenangan.
Namun, kerinduan melihat proses panen madu langsung masih tersirat dalam hati. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Di salah satu area Pulau Bintan yang luas. Terdapat peternakan lebah madu kelulut yang digagas seorang oleh salah seorang tentara. Bahkan di tahun 2023 ini dia mendapatkan penghargaan dewan pakar Soedirman Award.
Dimana Serka Meldi diberikan penghargaan ini dikarenakan telah mengembangkan budidaya lebah klanceng, dan tidak hanya itu saja, Meldi juga membuat wisata edukasi lebah madu di Gunung Demit Sri Bintan yang diberi nama Gudem Bee Farm. Dimana, Tentara AU ini mengajak warga setempat untuk budidaya lebah tanpa sengat ini disaat kondisi dunia sedang mengalami masalah virus korona tahun 2020 lalu.
Tentu saja, informasi ini membuat rasa kerinduan menikmati madu langsung dari sarangnya semakin berkobar. Mencoba melihat peternakan lebah, pastinya akan memberikan pengalaman baru bagi aku. Lokasi farm yang asri dan luas, serta air dari pegunungan langsung benar-benar menciptakan pengalaman tersendiri.
Jujur, berada di peternakan lebah adalah momen yang sangat dinantikan. Apalagi ketika mereka menjelaskan mengenai lebah klanceng dan membuka sarang lebah. Kita diberi kesempatan untuk mengecap cairan “emas” yang memiliki manfaat kesehatan dan kelezatan alami yang luar biasa. Rasanya, hanya dengan sekali teguk, bisa merasakan kesegaran dan kenikmatan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Proses pengumpulan madu di Gudem Bee Farm ini masih dilakukan secara tradisional dan kalau beruntung, ketika berkunjung kita bisa melihat dan mengecap madu langsung dari sarang lebah. Rasa madunya, manis dan bercampur asam, sangat unik cita rasa cairan emas satu ini. Madu kelulut yang dihasilkan di Gudem Bee ada dua pilihan warna madu yakni kuning dan hitam pekat. Keduanya sama-sama madu asli, tanpa diolah menggunakan gula yang bisa digunakan sebagai bahan pengawet.
Cairan emas itu adalah hasil dari kerja keras lebah-lebah klanceng yang mengumpulkan nektar dari bunga yang ada di peternakan lebah tersebut. Proses alami ini, tanpa campuran tambahan atau bahan kimia, menjadikan produk tersebut memiliki kualitas dan keaslian yang sulit ditandingi. Madu itu diberi nama madu Gudem Bee, harga bervariasi mulai Rp100,000 per botol sudah bisa mengecap cairan emas kapanpun. Jadi minum manis tanpa gula, tentu saja bisa. Madu Gudem Bee adalah pilihan bijak untuk kita yang menghargai kesehatan tubuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H