Bencana alam kembali menimpa saudara kita , kumpulan awan panas meratakan seisi desa , ku tak tega saat melihat para korban berlarian menuju ke tempat yang lebih aman . Aku dan amir berinisiatif untuk membantu korban erupsi gunung berapi itu . Dengan segenap relawan lain , aku menyumbangkan uang dari pengumpulan amal . Tampak ribuan pengungsi berdatangan ke posko posko terdekat . Kumelihat mereka tanpak iklas menerima cobaan yang di berikan sang kuasa . Saat mereka memakan nasi bungkus dengan lahapnya , terlihat rasa bersyukur mereka , Aku dan amir mencoba menghibur mereka , dengan rasa iba didalam hati , ku nyanyikan sebuah lagu , dengan penuh hikmat , mereka mendengarkan laguku . Seiring dingin nya malam , mereka tertidur pulas , walau terdengar suara gemuruh dari puncak gunung dan sambaran kilat yang menggemparkan bumi .
       Keesokan harinya , Pagi itu sungguh sejuk, matahari kini mulai menampakkan sinarnya. Dia bertugas memberi sentuhan nafas kepada masyarakat bumi ini. Tampaknya hari itu cuaca sangat bersahabat . Terdengar berita dari para relawan bahwa gunung kelud mulai membaik , para pengungsi bersyukur atas berita itu , mereka pun bersiap untuk kembali ke kampung -- kampung mereka , untuk membersihkan rumah rumah yang tersapu awan panas . Aku dan para relawan bergegas untuk membantu membersihkan rumah mereka , Ku berharap tuhan yang maha kuasa melapangkan dada mereka untuk mencoba mengiklaskan semua cobaan yang tuhan berikan kepada mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H