Putih
Setiap masa memiliki orang yang berbeda-beda, memiliki kisah yang berbeda, dan memiliki pelajaran yang berbeda juga. Dan kita harus mengikhlaskan itu semua, dan menjalankannya dengan hati yang bersih.
''Bu, dimana kaus kaki ku?"
Tanya gadis jelita itu kepada ibunya. Hari ini adalah hari pertama ia masuk ke jenjang sekolah menengah pertama. Gadis yang mengenakan seragam abu putih bername tag "Citra" itu sibuk memoles wajahnya dengan riasan tipis khas anak remaja. Citra masih ingat betul betapa sibuk ia saat masih duduk di bangku SMP. Hal yang paling membekas dalam ingatan Citra adalah ketika menghadapi suka dan duka yang ia arungi bersama dengan anggota Dewa Penggalang.Â
Bergabung dalam organisasi Dewan Penggalang adalah suatu hal tak terduga yang dialami Citra, ia terbawa arus dengan teman dekatnya. Namun, setelah membuka lembaran baru, jalan demi jalan telah ia lalui, Citra menemukan banyak hal yang membuatnya semakin semangat untuk berjuang, dan bertahan menghadapi hiruk pikuk dunia.
Semua perjuangan itu berawal saat Citra berpartisipasi dalam lomba tingkat Kecamatan, ia bersama timnya mempersiapkan diri semaksimal mungkin agar dapat meraih kemenangan. Bukanlah hal yang mudah untuk bisa mengikuti lomba di tingkat kecamatan, namun gadis itu berhasil membawa timnya untuk sukses di ajang tersebut dan membawa pulang piala dengan bangga. Sejak saat itu, Citra menganggap organis kepramukaan di SMP nya itu merupakan rumah terbaik untuk pulang. Hingga habis sudah masa-masa yang paling indah itu.Â
Hari ini, hari pertama citra merasakan menjadi murid Sekolah Menengah Atas, dalam benaknya tidak ada rasa semangat sedikitpun. Citra tidak bersemangat karena ia sedih menyadari harus berpisah dengan teman-temannya di SMP. Ia berjalan memasuki gerbang sekolah dengan wajah datar, melihat sekelilingnya begitu ramai dan padat. Citra berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai atas dekat musholla.
*
Setelah bel pulang berbunyi, Citra belum berkutik dari bangkunya. Ia malas menghadapi keramaian seperti tadi pagi, Citra menunggu agar sedikit sepi, lalu ia akan turun. Setelah menunggu sekitar 15 menit, citra memutuskan untuk mengemasi barang bawaannya dan pulang. Saat menuruni tangga, terdengan sorakan yel-yel penuh semangat dari lapangan. Citra merasa sangat penasaran hingga ia menghampiri sumber suara itu.Â
Ternyata, suara itu berasal dari regu Pramuka sekolah yang sedang berlatih untuk mengikuti lomba yang akan dilaksanakan pada waktu dekat. Melihat itu, Citra semakin rindu dengan kegiatan kepramukaan yang pernah ia jalani dulu.Â
Terlintas di benaknya, bagaimana letih dan bahagianya ketika ia berhasil mendapatkan gelar pramuka Garuda. Begitu banyak hal yang harus ia relakan, dan perjuangkan dengan segenap kemampuannya untuk mendapatkan gelar yang tidak semua orang bisa memilikinya.Â