Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

“Working Holiday”: Jalan-jalan Sambil Bekerja

17 Maret 2013   06:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:38 3465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13635003951820387273

Working holiday? Apaan tuh?

Tahun lalu, seorang teman dekat (orang Taiwan) memutuskan untuk pergi ke Australia setelah program wajib militernya selesai. Yang dilakukannya bukanlah traveling, melainkan working holiday.

Program working holiday (ada juga yang disebut work and holiday) adalah program yang diterapkan suatu negara dengan perjanjian dengan negara lain untuk mengeluarkan visa tinggal untuk turis sekaligus bekerja selama (biasanya) satu tahun. Yang dicetak tebal itu merupakan keharusan, artinya kita tidak bisa mendapatkan working holiday visa jika negara kita tidak memiliki perjanjian dengan negara yang dituju. Kalau visa kerja mengharuskan sponsor dari perusahaan di negara yang dituju dan visa turis tidak mengijinkan turis bekerja secara, maka working holiday visa mengijinkan keduanya tanpa sponsor dari perusahaan, tentu saja dengan persyaratan tertentu. Program seperti ini muncul dari Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Kanada, karena mereka ingin anak mudanya bisa mengunjungi Inggris.

Ah iya, anak muda. Working holiday visa memiliki persyaratan yang cukup banyak, tergantung negara yang dituju, dan persyaratan paling atas biasanya: YOUNG people, dengan batasan usia 30 atau 35 tahun. Visa biasanya dikeluarkan untuk ijin tinggal dan bekerja selama 1 tahun, dan pemegang visa tidak bisa bekerja di satu tempat yang sama selama lebih dari 6 bulan. Si pemegang visa juga tidak dijanjikan untuk bisa bekerja di tempat tertentu, mereka yang harus mencari sendiri. Dengan visa ini, mereka yang ingin liburan tapi juga ingin mengumpulkan uang jelas diuntungkan. Yang perlu dicatat adalah kerja keras untuk mendapatkan pekerjaan, entah itu di restoran, atau di supermarket, atau di tempat lain. Bayaran yang diterima juga bervariasi, dan belum tentu sesuai dengan keinginan dan/atau spesialisasi.

Program working holiday ini populer karena memungkinkan anak muda untuk menjelajahi negara lain dengan ‘gratis’, artinya bila uang yang dikumpulkan selama bekerja cukup banyak, bisa menutupi biaya perjalanan, tinggal, dan makan. Saat ini Indonesia baru memiliki perjanjian working holiday dengan Australia, sedangkan Taiwan sudah memiliki perjanjian dengan Australia, Selandia Baru, Jerman, Jepang, Korea Selatan, dan Irlandia. Karena durasi ijin tinggalnya yang satu tahun, anak muda Taiwan biasanya mengambil gap year, entah setelah lulus kuliah atau setelah menjalani wajib militer untuk working holiday ini. Itu pun bukan tanpa cibiran, karena jenis pekerjaan yang bisa mereka ambil di negara tujuan adalah pekerjaan yang sangat standar, kadang muncul selentingan, “lulus universitas terkenal kok kerjanya ngurusi sapi di perternakan”. Tapi tetap banyak yang melakukannya, karena ini kesempatan untuk mengenal negara lain dengan biaya yang terjangkau, bisa menabung banyak pula kalau banyak bekerja dibanding jalan-jalannya.

Selain working holiday, ada juga program WWOOF (World Wide Opportunities on Organic Farms). Seorang teman lokal Taiwan tahun ini akan berangkat ke Swedia dengan program ini. Jika working holiday memerlukan perjanjian dua negara, WWOOF tidak. Bedanya adalah, WWOOF menyediakan organic farm di berbagai negara sebagai tempat tujuan. Mereka yang berminat harus mendaftar terlebih dahulu di WWOOF negara yang dituju (misalnya Jerman), membayar biaya tertentu (untuk WWOOF Jerman biayanya 18 euro untuk satu tahun), lalu ‘melamar’ ke organic farm yang diinginkan. Nah, organic farm ini akan menyediakan tempat tinggal dan makanan sebagai ‘bayaran’ bekerja. Bukan uang. Biaya transportasi ke negara yang dituju tentu saja ditanggung sendiri. Nah, visa ke negara yang dituju disponsori oleh organic farm terkait. Masa tinggalnya pun tentu bisa diatur, tidak selama working holiday.

Jalan-jalan ke luar negeri tidak identik dengan “mahal dan untuk orang kaya” kok. Yang berminat untuk menjelajah negara lain dengan biaya terjangkau, bisa memanfaatkan working holiday dan WWOOF ini. Tapi ya itu, harus siap bekerja dan siap tinggal di negara lain untuk jangka waktu yang tidak sebentar. Paling pas memang untuk mereka yang ingin mengambil gap year.

Ada yang berminat? Atau ada yang sudah berpengalaman mengambil keduanya? Cerita dong :)

XOXO,

-Citra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun