Suatu hari saya mengisi sesi mengenai isu lingkungan dan iklim di sebuah sekolah. Pesertanya adalah anak-anak kelas 6-10. Sebelum sesi dimulai, saya mengajak mereka bermain. Aturan mainnya mudah, ruangan dibagi menjadi 3 sisi: sisi “setuju”, “netral”, dan “tidak setuju”. Saya membacakan pernyataan, dan anak-anak itu harus memilih berada di sisi mana. Ketika mereka sudah memilih, saya menanyakan pada mereka apa alasannya.
Salah satu penyataan yang saya bacakan adalah:
Humans do harm to the environment.
Manusia melakukan perbuatan yang membahayakan lingkungan.
Banyak anak-anak yang berdiri di sisi “setuju”, beberapa di sisi “netral”, dan lebih sedikit lagi yang berada di sisi “tidak setuju”. Mereka yang setuju memaparkan alasan tentang aktivitas manusia yang membuat lingkungan rusak, seperti pembakaran hutan dan perburuan hewan. Mereka yang netral mengungkapkan bahwa manusia juga berusaha untuk menjaga dan menyelamatkan lingkungan dengan berbagai cara. Menarik mencermati bahwa anak-anak seusia mereka cukup tahu mengenai isu lingkungan, dan bisa memberikan pendapat yang solid mengenai isu tersebut.
Kita Memang Membahayakan Lingkungan
Manusia memang melakukan hal-hal yang membahayakan lingkungan, paling terlihat adalah kegiatan manusia (antropogenik) sifatnya kolektif dan masif seperti pembukaan lahan yang mengakibatkan kebakaran hutan, proses industri yang mencemari udara dan air, atau perburuan sistematis gading gajah dan organ hewan. Ketika ditanya apakah kita melakukan itu, barangkali jawabannya tidak. Apa hubungannya orang-orang kantoran, ibu-ibu rumah tangga, pengajar dan pendidik di sekolah- sekadar mewakili profesi, dengan kebakaran hutan atau perburuan satwa liar?
Nggak ada.
Tapi membahayakan lingkungan dan sekaligus membuat bumi ini menjadi kurang ramah dan nyaman ditinggali itu tak hanya disebabkan hal-hal besar tadi. Ada kegiatan harian atau hobi biasa yang sebenarnya punya efek jangka panjang dan membahayakan bumi kita juga.
Misalnya……
1. Menjadi penggila kuliner