Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Jakarta di Mata Orang Tak Ber-KTP Jakarta

12 April 2016   17:21 Diperbarui: 12 April 2016   20:07 3082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jakarta rasa Singapura | Dokpri"][/caption]Semalam, saya nongkrong sejenak di sini. Lokasinya yang sedikit tersembunyi membuat tempat ini menyenangkan untuk bincang santai atau sekadar merenung. Air di bawah menjadi cermin kerlap lampu gedung-gedung yang bersaing tinggi. Seekor kucing menikmati tulang ikan yang entah dari mana dia dapat. Celetuk hangat para pengemudi taksi yang beristirahat membuat suasana malam itu bukan seperti Jakarta.

Saya mengeluarkan telepon genggam, memotret pemandangan malam di depan saya.

"Jakarta makin cantik ya," saya bergumam.

Sejak lama saya berpendapat bahwa Jakarta adalah kota yang kurang humanis. Terlalu banyak penduduk, jalanan yang tak seimbang dengan jumlah kendaraan, hingga sudut-sudut tak indah penuh sampah tak terawat. Pun di tahun 2014, ketika pertama kali datang ke Jakarta sebagai salah satu peserta urbanisasi; saya masih sulit percaya bahwa saya akan betah tinggal di Jakarta. Bulan-bulan pertama dihabiskan dengan menarik napas panjang, mengelus dada, penuh emosi jiwa.

Saya sempat pesimis Jakarta bisa berubah. 

Lucunya, sesingkat dua tahun saya tinggal di ibukota ini, saya banyak belajar menghargai perubahan.

Menghargai Perubahan: Episode Transjakarta

Saya adalah satu di antara sekian juga penduduk Jakarta yang tak punya kendaraan pribadi. Iya, saya kemana-mana menggunakan angkutan umum: Transjakarta, ojek, Kopaja, Metro Mini, bajaj, sebut lagi yang lain. Transjakarta adalah moda transportasi andalan, selain karena murah, juga memiliki banyak jalur dan lumayan lah ya, ada AC-nya. Sebagai frequent rider Transjakarta, perubahan di Jakarta yang paling nyata saya lihat memang soal ini.

Mulai dari penggunaan sistem tiket elektronik, jumlah armada yang ditingkatkan dan diremajakan, pengoperasian angkutan dini hari (Andini, yang dulu disebut Amari-angkutan malam hari), kemudian penambahan jalur gabungan baru: menjembatani koridor yang padat dan bersilangan. Di antara ibukota negara Asia lain yang pernah saya kunjungi, cuma Jakarta yang punya layanan bus 24 jam! Siapa yang tak senang? 

Perubahannya pelan namun pasti. Transjakarta juga menyediakan layanan bus gratis di ruas jalan Sudirman-Thamrin, sekaligus memberikan edukasi pada penumpang untuk naik dan turun di halte. Pengoperasian Andini yang mulanya hanya dirancang untuk berhenti di halte-halte tertentu kini meluas. Kini Transjakarta Andini berhenti di semua halte, di koridor di mana armada tersebut beroperasi. Perubahan yang memudahkan pengguna, tentunya. Pengguna yang haltenya dulu dilewati kini tak lagi merasakan kesulitan.

Menghargai Perubahan: Episode Pasukan Oranye

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun