Ada yang tahu istilah otaku?
Otaku dalam bahasa Jepang memiliki arti yang mirip dengan ‘geek’, mereka yang terobsesi dengan sesuatu sampai dianggap seseorang yang aneh. Kata seorang teman dari Jepang, istilah ini banyak ditujukan untuk mereka yang sukaaaaaa SEKALI dengan manga atau anime atau game.
Sebagai seseorang yang ingin mengaku otaku namun sepertinya belum layak, koleksi komik (manga) yang saya miliki sebenarnya sudah (terlalu) banyak. Tapi memang saya belum berhenti membeli komik. Ada komik yang belum selesai dan terus asaya ikuti sampai sekarang (misalnya Detektif Conan), ada juga komik lama yang sudah tamat dan saya beli dalam kondisi bekas karena dulu belum sempat membelinya. Jadi jumlahnya..... ya tahu sendiri, ratusan. Kalau mau membuka taman bacaan, mungkin bisa untung banyak. Tapi meminjamkan ke teman atau saudara sendiri saja saya pelit, jadi komik-komik itu memang saya nikmati sendiri. Hehe.
Waktu kecil saya memiliki karakter yang sama dengan anak-anak cewek pada umumnya. Suka dengan cerita-cerita ‘manis’, dengan tipe manga shoujo yang memang ditujukan untuk mereka yang feminin. Komik di deretan lemari paling atas ini semuanya shoujo. Topeng Kaca (yang belum tamat juga), bercerita tentang perjuangan seorang gadis menekuni keinginannya untuk berakting. Kemudian Mari-Chan, yang inti ceritanya juga mirip, perjuangan seorang gadis untuk menjadi penari balet. Ceritanya tidak kaku, gambarnya luwes, dengan sisipan pengetahuan mengenai istilah-sitilah balet dan bagaimana sebuah cerita dipentaskan. Sewaktu Natalie Portman memenangkan piala Oscar karena perannya di Black Swan, saya berpikir, dia baca Mari-Chan kali ya. Hehe. Di komik itu banyak diceritakan bagaimana teknik-teknik balet yang tidak hanya melulu soal sempurnanya sebuah gerakan, melainkan juga penghayatan. Lady Georgie, adalah komik serupa dengan Candy-Candy, tentang pahitnya kehidupan seorang gadis untuk menemukan cerita hidup dan keluarga aslinya. Semuanya manis, dengan baju-baju cantik, dan pelajaran yang juga mirip: kejarlah mimpimu.
Lepas dari masa kanak-kanak, selera saya bergeser ke shounen, manga untuk remaja laki-laki. Tiga komik yang ada di rak deretan kedua, Detektif Conan, Q.E.D., dan Detektif Kindaichi, semuanya bercerita mengenai karakter detektif, yang semuanya juga laki-laki. Ketiganya memiliki karakter penceritaan yang berbeda: Kindaichi lebih banyak mengusut kasus pembunuhan, Conan mengusut kasus campur-campur, sedangkan Q.E.D. selalu memasukkan elemen matematika atau ilmu pengetahuan alam. Satu seri komik yang lain, Shanaou Yoshitsune, adalah manga mengenai seorang samurai klan Minamoto di Jepang, Minamoto no Yoshitsune. Ceritanya campuran fiksi dan sejarah, dan sering membuat menitikkan air mata karena banyaknya peristiwa-peristiwa yang menyentuh.
Four Daughters of Armian. Dari hasil ngomong-ngomong dengan sejumlah teman, tidak banyak yang tahu mengenai komik ini. Komik ini tipe shoujo, tapi ceritanya sama sekali tidak manis. Four Daughters of Armian bercerita mengenai sebuah negeri bernama Armian yang selalu dipimpin oleh seorang wanita, dengan gelar Re-Manu. Uniknya, tidak berarti anak perempuan pertama berhak menjadi ratu. Ada tanda-tanda tertentu yang muncul dan harus dibaca. Komik ini punya banyak mengangkat mitos (yang memberikan kesan mistis) dan rasanya itu yang pertama kali menarik perhatian saya. Karakter tokoh-tokohnya pun digambarkan dengan jelas, putri pertama yang keras dan dominan, putri kedua yang cantik dan lemah lembut, dan seterusnya.
Campuran serial cantik dan serial misteri juga saya punya. Untuk serial cantik, karena saya tidak terlalu ‘feminin’, saya memilih pengarang yang ceritanya unik, misalnya Chikako Kikukawa. Pengarang satu ini memiliki selera fashion yang menarik (baju tokoh-tokohnya bagus-bagus!), dan ceritanya lain dari yang lain. Mengenai teluh (santet), misalnya. Tidak menakutkan tapi lucu. Serial misteri, favorit saya sampai saat ini memang Chie Watari. Ceritanya mengerikan, gambarnya juga mengerikan. Ish. Padahal saya penakut, lho. Mana berani membaca komiknya malam-malam. Hehe.
Di luar komik-komik itu masih ada juga mini-seri, yang 1-4 seri sudah habis, misalnya Smash, Kanami, atau Panic. Untuk komik-komik baru (yang diterbitkan setelah tahun 2008), tidak terlalu banyak yang saya koleksi karena ketertarikan saya bergeser ke novel-novel. Bangkrut kalau beli dua-duanya. Hehehe.
Jadi, sudah pantes belum saya disebut otaku? :D
XOXO,
-Citra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H