Suatu hari, saya bertemu kawan lama. Perempuan ini bekerja beberapa tahun di Kalimantan, lalu kembali ke Jakarta. Dalam pertemuan itu, selain mengenang masa-masa yang sudah lalu, tentu saja ada perbincangan mengenai pekerjaan. Dia bertanya, "Sekarang kamu kerja apa, Citra?"
Saya menjawab singkat, "Bekerja di sektor energi."
Melihat raut muka dan tanggapannya mengenai jawaban itu, saya tahu bahwa pembicaraan mengenai pekerjaan saya itu tak akan berlanjut. Saya tersenyum simpul, hal ini lumrah saya alami. Kebanyakan orang menganggap energi itu bidang yang membosankan, isu yang tak panas (seperti politik), begitu pula orang-orang di dalamnya. Saya tidak akan tersinggung bila ada yang mengatakan itu dengan gamblang pada saya. It happens all the time.
Barangkali beda cerita jika yang ditanya adalah Pak Jonan.
Energi itu terlalu teknis,
......dan setinggi apa pun keahlian para "teknisi" energi, seberapa maju perkembangan teknologi yang kita miliki, serta sebaik apa pun hasil yang bisa kita capai; technical stuff doesn't sell. Sebagai informasi yang cukup diketahui saja, barangkali bisa. Untuk tahu tentang apa itu pemanasan global, kita bisa dengan mudah melihat ensiklopedi atau Wikipedia. Untuk tahu mengenai perubahan iklim, sumbernya bisa sama. Untuk tahu tentang energi terbarukan, ketik saja kata kuncinya niscaya halaman Wikipedianya pasti ada. Informasi di sana lengkap, plus sumber yang bisa ditelusuri lebih jauh.
Namun pengetahuan tentang itu bisa dibilang tak menggerakkan hati dan tidak menciptakan gerakan dalam konteks yang lebih luas. Tak juga kuliah berjam-jam dan sekian banyak pidato bisa menggaransi orang untuk menjadi peduli mengenai isu energi. Tak cukup juga saya menulis, sedikit demi sedikit, berusaha sekonsisten mungkin. Pesannya tak sampai, gemanya tak lantang.
Kali ini izinkan saya mengajak Anda pergi (lagi) ke Jerman.
Perempuan muda itu berteriak menyuruh keempat anaknya masuk ke dalam rumah. Kakinya yang patah membatasi geraknya, sehingga ia hanya bisa banyak berbaring. Hari itu hujan yang turun di Schnau bukanlah hujan yang menjadi penyejuk, hujan itu membawa racun. Kecelakaan fatal terjadi di Chernobyl, dua ribu kilometer jauhnya. Material radioaktif terlepas ke udara, terbawa ke hampir seluruh daratan Eropa kecuali Peninsula Iberia di selatan.
Di ranjang sederhana itu, Ursula Sladek mengkhawatirkan anak-anaknya. Benaknya berkecamuk, hatinya berdebar, apakah aku harus hidup dengan ketakutan bahwa ketika anak-anakku bermain saat hujan, mereka akan sakit?
Hari itu Ursula bertekad, energi adalah urusannya, bahwa energi yang bersih, aman, dan ramah lingkungan harus ada untuk kepentingan masa depan anak-anaknya. Sepuluh tahun setelahnya, Ursula dan koperasi energi yang didirikannya bersama komunitas sekitarnya mengambil alih penyediaan energi di kotanya, menggantikan batu baru dan nuklir dengan tenaga surya, angin, air dan biomassa. Menggantikan perusahaan swasta dengan koperasi komunitas yang punya cita-cita sama: memperjuangkan energi ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk masa depan anak-anak mereka. Perjuangan mereka tak sebentar, perjuangan mereka juga menghadapi banyak kegagalan. Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat, namun mereka setia dan terus berjalan bersama.