Kalau teman-teman ingin merasakan time-travel, datanglah ke Seoul. Tentu saja saya membandingkannya dengan Indonesia (dan sedikit dengan Taipei). Kota metropolitan terbesar kedua di dunia ini dihuni oleh 20,5 juta jiwa [1].
Seoul di satu sisi sangat modern, dengan infrastruktur dan  sistem transportasi yang berkembang pesat. Seoul juga saya sebut sebagai "smartphone city", karena mayoritas penduduknya menggunakan smartphone dari berbagai merk (Samsung, brand andalan Korea Selatan, termasuk di antaranya). Kebanyakan iklan (baik komersial maupun layanan masyarakat) atau berbagai poster dan struk belanja, memuat QR code, yang dengan mudah bisa di-scan dengan smartphone. Jaringan Wi-Fi tersedia di seluruh penjuru kota, termasuk di subway (Seoul Metro).
Meski begitu, Seoul masih menunjukkan kepeduliannya pada masa lalu dengan menjaga berbagai situs bersejarah dan membuatnya menjadi ikon pariwisata. Jangan heran bila teman-teman menjumpai istana (palace) atau kuil yang usianya sudah ratusan tahun di antara gedung-gedung pencakar langit yang megah. Pasar bernuansa tradisional pun tetap dipertahankan untuk mengimbangi pertumbuhan mall dan pusat perbelanjaan modern.
Oleh-oleh saya dari Seoul, selamat menikmati.
(QR code yang ada dimana-mana)
(Demilitarized Zone, South Korea and North Korea border)
(Cookin' Nanta, show yang sangat populer di Seoul [2])
(Kota Seoul dilihat dari N Seoul Tower)
(Lotte World, impressive indoor-outdoor amusement park)
(harmoni masa lalu dan masa kini)
(Namdaemun market, pasar semi-modern)