Mohon tunggu...
Marlistya Citraningrum
Marlistya Citraningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja Millennial

Biasa disapa Citra. Foto dan tulisannya emang agak serius sih ya. Semua foto yang digunakan adalah koleksi pribadi, kecuali bila disebutkan sumbernya. Akun Twitter dan Instagramnya di @mcitraningrum. Kontak: m.citraningrum@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal IELTS (Reading dan Listening)

23 Juni 2011   12:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:14 4677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk kepentingan akademis atau profesi, kita seringkali diminta untuk menunjukkan sertifikat kemampuan berbahasa. Untuk bahasa Inggris, dua metode tes yang dipakai adalah TOEFL dan IELTS. Kita mungkin lebih familiar dengan TOEFL, karena metode ini dikembangkan di Amerika dan paling dulu diperkenalkan. Meski begitu, untuk menanggapi perbedaan yang antara American English dan British English, British Council mengembangkan IELTS.

Saya beberapa kali mengambil tes TOEFL dari beberapa institusi bahasa di Indonesia, dan satu kali resmi dari ETS, meski bukan TOEFL-nya, melainkan TOEFL-ITP. Apa bedanya? Silakan merujuk kesini. Skor yang saya dapatkan bervariasi, mulai dari 503 sampai 563, semuanya paper-based. Tidak terlalu tinggi. Ketika saya berencana melanjutkan studi ke luar negeri 3 tahun lalu, saya memutuskan untuk mengambil IELTS, di satu sisi karena saya ingin mencoba sesuatu yang baru, di sisi lain karena salah satu negara tujuan saya waktu itu adalah Australia.

Karena skor (di IELTS disebut dengan band score) mininum yang disyaratkan adalah 6.5 dengan skor mininum 6.0 di Writing section, saya memutuskan untuk mengikuti kelas persiapan IELTS supaya USD 185 saya tidak terbuang sia-sia (jika saya harus mengulang). Band score IELTS berkisar antara 0 (did not attempt the test) dan 9 (expert user). Saya mengambil kelas 2 minggu intensif (20 jam), khusus untuk mempersiapkan tesnya saja. IELTS orientation namanya. Kelas ini dibuka untuk mereka yang berniat untuk “mengakrabkan diri” dengan metode uji IELTS, dan bukan secara umum meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. Bagi orang yang terbiasa dengan TOEFL paper-based, IELTS dengan metodenya yang berbeda akan terasa ‘mengejutkan’. Pertama, IELTS memiliki Listening dan Writing section. Kedua, IELTS tidak menganut prinsip pilihan ganda. Jawabannya harus dituliskan dengan lengkap di lembar jawaban, dengan ejaan yang benar. Meskipun kita bermaksud menjawab dengan benar namun ejaannya salah, jawaban tersebut akan dianggap salah. Ngeri? Iya.

Nah, IELTS sendiri dibagi menjadi dua kategori: General Training (untuk tujuan profesional) dan Academic (untuk persyaratan akademis). Keduanya meliputi empat tes: Reading, Listening, Writing, dan Speaking. Listening dan Speaking tesnya sama untuk General Training dan Academic, sementara Reading dan Writingnya bervariasi.

1.Reading

Berikut adalah contoh lembar jawaban untuk tes IELTS:

Jadi seperti saya tuliskan sebelumnya, jawabannya harus DITULIS dengan benar. Model bacaannya bisa jadi tidak begitu berbeda dengan tes TOEFL, namun pertanyaan yang diberikan tidak sekedar 5W dan 1H, melainkan seperti contoh berikut:

Susah? Iya. Tips: bacalah dengan seksama, jangan cuma paragraf teratas dan paling bawah. Sebelum mengambil tes IELTS, saya dilatih scanning, kecepatan dan ketepatan membaca. Bacaan-bacaan di IELTS cukup panjang, dan tipe pertanyaannya bermcam-macam, sehingga mau tidak mau kita harus “menyelami” bacaannya.

Nah, tipe pertanyaan yang juga mungkin muncul adalah isian seperti di bawah ini.

Kalau yang ini memang lebih mudah dibanding dengan yang pertama karena kita tinggal menemukan kata yang cocok dan kemudian menuliskannya dengan BENAR.

Detailnya bisa dilihat disini.

2.Listening

Ini tes IELTS yang menurut saya paling susah. Subjektif memang, tapi ada beberapa faktor yang menurut saya bisa juga membuat Anda menganggapnya yang paling susah. Pertama, pembicara dalam tes ini akan berbicara dengan aksen British atau Australian. Iya sih seksi (menurut saya), tapi ya begitu, kadang-kadang pronounciationnya tidak sejelas aksen Amerika. Jadi, dengarkan baik-baik. Kedua, model pembicaraannya ada beberapa jenis, ada percakapan singkat, ada juga model kuliah yang agak panjang. Jadi selama mendengarkan, tuliskan sekaligus jawabannya di kertas soal, baru kemudian pindahkan ke lembar jawaban. Yang artinya: kita harus membaca dengan cepat pertanyaan-pertanyaannya sehingga selama rekamannya diputar, kita tidak bingung antara konsentrasi mendengarkan dan menjawab. Salah satu model pertanyaannya seperti berikut:

Pertanyaannya bisa juga berupa pilihan ganda, melengkapi kalimat, atau menentukan topik. Di kelas IELTS orientation, kita akan diberikan modul soal untuk masing-masing section yang saking banyaknya bisa membuat perut mual.

Writing dan Speaking akan saya jelaskan lain waktu.

Tetap semangat,

-Citra

P.S. File PDF sampel tes di atas didownload dari website ielts.org (tahun 2008, sekarang modulnya sudah berbeda). Sampel tes lainnya bisa dilihat disini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun