Masa-masa kelas IX SMP, memang sulit untuk dilupakan, saat berkumpul bersama teman-teman yang sudah ku kenal itu adalah saat-saat yang paling berkesan. Hampir setiap hari kami belajar, dari pagi sampai siang. Tak ada yang spesial memang, tapi dihari itu ada yang berbeda bagiku, mungkin juga bagi yang lain. Dihari itu saat jam pelajaran PPKn, Pak Dana selaku guru agama sekaligus guru PPKn disekolahku, tiba-tiba memberitahu kepada kami semua. Bahwa sekolahku akan mengikuti kegiatan Lomba MAPSI ( Mata Pelajaran Agama dan Seni Islam).
Dan saat itu, diberitahukan apa saja bidang lomba yang akan diuji. Ada beberapa kategori lomba diantaranya kaligrafi, tahfidz, pidato, murotal, tilawah, cerdas cermat, dan rebana. Dan dikarenakan keterbatasan sekolahku hanya memilih untuk kategori lomba kaligrafi, pidato, cerdas cermat, dan murotal.
Maksud dan tujuan, Pak Dana ingin mencari atau mencalonkan beberapa siswa yang nantinya akan diikutkan Lomba MAPSI tersebut. Dan akhirnya beliau memilih 4 anak yang ada di kelasku. Aku juga terpilih dengan temanku yang lain yaitu Dian, Denis, dan Arya. Tidak hanya kami berempat, teman-temanku yang lain juga banyak yang dipilih untuk ikut lomba MAPSI, dengan kategori lomba yang berbeda. Sejujurnya aku sendiri bingung, aku merasa minder karena aku sendiri tidak terlalu ahli di bidang agama, juga karena aku belum pernah ikut cerdas cermat MAPSI. Tapi setelah ku pikir-pikir, tidak ada salahnya jika aku ikut.
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sebelum berangkat ke sekolah, aku berpamitan pada ayah dan ibuku. Aku meminta doa kepada mereka supaya diberi kelancaran dan mendapat hasil yang memuaskan. Setelah berpamitan, aku berangkat sekolah seperti biasanya. Dalam lomba kami diwajibkan mengenakan pakaian muslim dan bersepatu. Lomba dilaksanakan di dua tempat yang berbeda. Untuk cabang lomba kaligrafi, pidato, dan murotal di salah satu SMA di Purbalingga, sedangkan cabang cerdas cermat di salah satu SMP Negeri di Purbalingga.
Setelah berpamitan dengan beberapa guru dan doa bersama, kami berangkat bersama menggunakan bus mini. Setelah sampai di lokasi, kami menuju tempat lomba dengan didampingi pendamping masing-masing. Setelah itu kami kami tim cerdas cermat mengambil nomor peserta dan ternyata kami kebagian di sesi 2. Kami menunggu sembari membaca ulang beberapa materi.
Tak terasa sudah 2 jam kami menunggu, kini giliran kami bertiga (aku, Dian, dan Denis) yang sesi berikutnya. Kami bertiga masuk keruangan dan jujur saat itu kami sangat gugup, melihat peserta lain yang nampaknya jauh lebih unggul dibandingkan kami. Sebelum dimulai semua peserta diberi arahan terlebih dahulu dan waktu pengerjaan 40 menit dengan jumlah 100 soal. Tak butuh waktu lama, pengerjaan pun dimulai. Kami mengerjakannya bersama-sama, walaupun saat mengerjakan ada beberapa soal yang sulit untuk dijawab, tetapi dengan yakin kami menjawab soal tersebut berharap semoga saja benar.
Tak terasa waktu pengerjaan selesai, kami bertiga keluar dan tak lupa mengucapkan Alhamdulillah karena selesai mengerjakan sebelum waktunya habis. Karena sudah memasuki ISOMA kami menuju masjid dan sholat dhuhur berjamaah.
Setelah selesai sholat kami makan siang, sembari menunggu ada pengumuman. Setelah itu kami mendapatkan informasi bahwa kami bertiga tidak lolos untuk masuk ke babak semifinal. Dalam hati aku sedih juga kecewa tidak bisa memberikan yang terbaik. Tapi dalam sebuah perlombaan menang kalah itu hal biasa, yang terpenting sudah mau berusaha. Karena sudah mengetahui bahwa kami bertiga tidak lolos, kami memutuskan untuk ke tempat lomba dimana teman-teman yang lain berada.
Selang beberapa jam menunggu, semua sudah tampil dan dipersilahkan untuk makan dan sholat ashar sejenak. Setelah semuanya selesai, kami semua pulang. Aku pulang dengan perasaan kecewa tapi juga bangga. Bertambah lagi satu pengalaman dalam hidupku. Momen-momen berharga yang akan ku ingat selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H