Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat kembali melaksanakan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) sebagai bagian dari upaya pembelajaran langsung di tengah masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman mahasiswa terkait situasi kesehatan masyarakat di lapangan, sekaligus memberikan kontribusi nyata dalam bentuk intervensi kesehatan di wilayah-wilayah yang membutuhkan. Pada tahap ini Desa Lok Baintan Luar, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, menjadi lokasi pelaksanaan PBL oleh Angkatan 2022. Melalui kegiatan ini, mahasiswa diajak untuk menganalisis permasalahan kesehatan yang ada, melakukan diagnosa komunitas, serta menyusun rencana intervensi yang tepat guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.Â
Penentuan pengelolaan sampah dan limbah sebagai prioritas utama dalam intervensi didasarkan pada hasil kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I yang telah dilakukan oleh kelompok kami di Desa Lok Baintan Luar RT. 02 dan 04. Pada PBL I, kami berfokus pada analisis situasi dan diagnosa komunitas yang dilaksanakan dengan pengumpulan data primer serta melalui berbagai musyawarah masyarakat desa (MMD 1 dan MMD 2) dan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan masyarakat dan pihak-pihak terkait. Kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) I ini dilaksanakan sepanjang bulan Januari hingga Februari 2024.Â
Dalam tahap analisis situasi, kelompok kami mengumpulkan data primer melalui survei kepada masyarakat RT. 02 dan 04 dengan menggunakan kuesioner yang mencakup aspek perilaku kesehatan, pengelolaan sampah, akses pelayanan kesehatan, serta faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Pengumpulan data ini melibatkan 75 Kepala Keluarga (KK) sebagai responden yang tersebar di kedua RT tersebut. Hasil diagnosa komunitas menunjukkan bahwa salah satu permasalahan utama di Desa Lok Baintan Luar adalah pengelolaan sampah dan limbah, di mana sebagian besar masyarakat masih mengelola sampah dengan cara dibakar (49%), dibuang langsung ke sungai (35%), dan sebagian kecil masyarakat menimbun sampah di tanah (13%).Â
Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Urgency, Seriousness, and Growth (USG), masalah pengelolaan sampah ditetapkan sebagai prioritas utama untuk intervensi. Setelah identifikasi masalah, kami melakukan FGD yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Kepala Desa, Ketua RT, Kader Posyandu, dan perwakilan Puskesmas Sungai Tabuk. Dalam FGD ini, kami membahas lebih lanjut tentang kendala yang dihadapi masyarakat dalam mengelola sampah, seperti kurangnya sarana prasarana untuk pembuangan sampah dan minimnya pengetahuan tentang cara pengelolaan sampah yang baik. Ditemukan bahwa salah satu penyebab utama kebiasaan membuang sampah ke sungai adalah karena letak geografis desa yang cenderung membelakangi sungai, sehingga masyarakat lebih mudah membuang sampah ke sungai daripada mengolahnya.
Sebagai respon atas temuan tersebut, kami menyusun rencana intervensi dalam bentuk Program "KOMPAKSI" (Komunitas Pemberdayaan Kompos Sistematis)Â yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah organik dan limbah rumah tangga. Program ini mencakup dua kegiatan utama: penyuluhan dan pelatihan. Kegiatan penyuluhan dilakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah berdasarkan jenisnya (organik dan anorganik), serta dampak buruk dari pengelolaan sampah yang tidak tepat, seperti pencemaran lingkungan dan risiko kesehatan.Â
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan secara tatap muka pada tanggal Sabtu, 13 Juli 2024 yang bertempat di salah satu rumah warga Desa Lok Baintan Luar, yang dihadiri oleh masyarakat RT. 02 dan 04, perwakilan dari Puskesmas, serta aparatur desa. Materi penyuluhan mencakup penjelasan mengenai jenis-jenis sampah dan cara pengelolaannya, bahaya pembakaran sampah terhadap kesehatan, serta pentingnya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Kami juga membagikan leaflet edukasi yang berisi informasi mengenai cara pengelolaan sampah dan dampaknya terhadap kesehatan serta lingkungan.Â
Setelah penyuluhan, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos. Dalam pelatihan ini, masyarakat diajarkan cara mengolah sampah organik, seperti sisa makanan dan dedaunan, menjadi pupuk kompos yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah di kebun atau halaman rumah. Pelatihan ini melibatkan demonstrasi langsung cara membuat kompos menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah ditemukan di sekitar rumah, seperti dedaunan, sisa makanan, dan kotoran ternak. Selain itu, kami juga memfasilitasi masyarakat untuk mempraktikkan secara langsung teknik pengomposan selama kegiatan berlangsung. Setiap peserta pelatihan diberikan kit kompos berupa kantong kompos dan peralatan sederhana untuk mengolah sampah di rumah. Diharapkan setelah pelatihan ini, masyarakat dapat menerapkan keterampilan yang diperoleh untuk mengelola sampah organik menjadi pupuk kompos secara mandiri. Hasil kompos yang dihasilkan juga diharapkan bisa menjadi salah satu sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI