Ketakutan adalah salah satu musuh terbesar manusia. Kegiatan fisik yang menghubungkan saraf dan reaksi kimia di otak membuat kita merespon rasa takut yang timbul dengan cara yang berbeda-beda. Rasa takut jika dibiarkan terus menerus tentu akan berdampak buruk bagi perkembangan diri kita sendiri. Takut bisa menghambat kreativitas bahkan produktivitas seseorang.
Namun rasa takut pun ada baiknya juga. Rasa takut bisa diolah untuk membantu kita agar tetap waspada pada kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Semakin kita bisa mengontrol rasa takut yang ada pada diri, akan semakin besar muncul rasa percaya diri dalam menjalani kehidupan. Salah satunya adalah dalam menggeluti hobi bermain air yang saya ceritakan di bawah.
Karena Indonesia ini indah pakai banget! Dilihat dari udara, daratan, di atas pohon, sampai di bawah air pun Indonesia tetap cakep luar biasa, maka saya suka sekali melihat keindahan alam dari setiap sudut pandang yang berbeda-beda. Salah satunya adalah melihat keindahan alam dari bawah laut. Cara yang paling mudah adalah dengan snorkeling: melihat kecantikan terumbu karang dan gerombolan ikan warna-warni di perairan laut yang dangkal. Tidak masalah kalau kedalamannya sampai 6 meter dengan tingkat visibilitas air yang bagus. Tapi jika pemandangan di bawah laut sudah mulai gelap, panik pun segera melanda dan berenang sekencang-kencangnya ke tempat dangkal. Inilah rasa takut terbesar saya yang ingin saya enyahkan. Yaitu takut pada kedalaman.
Tapi rasa takut kedalaman dan keinginan untuk bisa menyelam itu seperti dua kutub magnet yang berbeda. Saling tarik menarik. Saling kalah mengalahkan. Sialnya rasa takut selalu menang selama lima tahun berturut-turut. Ya, lima tahun. Dan dia harus kalah tahun ini!
Terumbu karang di perairan Pulau Tuan, Aceh Besar.
Inilah yang saya lakukan bulan Agustus lalu. Memenangkan kelemahanku agar bisa mengalahkan rasa takut yang terus menggelayut. Keinginan yang sudah laaaama sekali mengendap dalam hati saya ini harus segera dituntaskan sebelum semuanya benar-benar terlambat. Sebelum semakin banyak teman-teman saya yang memamerkan foto-foto keindahan alam bawah laut dan saya hanya dipenuhi oleh rasa iri.
Beberapa tahun yang lalu itu saya masih berdomisili di Banda Aceh. Tempat belajar diving tinggal pilih: mau di Banda Aceh atau langsung belajar di Sabang, Pulau Weh. Tapi ketakutan saya jauh lebih besar di kala itu. Takut kedalaman. Takut ketemu hiu. Takut. Takut. Takut.
Kata-kata takut yang saya ucapkan dalam hati berulang-ulang itu akhirnya menjadi mantra yang menenggelamkan keinginan untuk belajar diving. Tahun demi tahun berlalu, belajar diving terus muncul dalam bucket list saya.
Benar kata orang, ketakutan itu jangan dituruti. Seperti rasa malas, dia akan terus menggerogoti kita sampai kita sadar bahwa kita sudah tak punya waktu lagi dan semuanya sudah terlambat. Namun jika dilawan, rasa takut dan malas bisa sirna seperti kita meniup debu di meja. Debu memang tak bersih total dari permukaan, tapi akan berkurang banyak.