Mohon tunggu...
Citra Anggraini
Citra Anggraini Mohon Tunggu... Freelancer - wanita hebat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berani Jujur Hebat!

Selanjutnya

Tutup

Money

Menteri KKP Bisa Rugikan Negara US$ 5,6 miliar

17 September 2015   17:39 Diperbarui: 17 September 2015   17:44 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Wacana Menteri KKP Susi Pudjiastuti membatasi impor garam jelas telah mempertaruhkan industri dalam Negeri dengan nilai investasi multi-miliar dolar AS. Bukan tidak mungkin Negara ini swasembada garam. Tetapi, realitas saat ini garam lokal masih belum bisa memenuhi bahan baku produksi bagi industri -industri, seperti kimia, aneka pangan, farmasi dan kosmetika.

Kebutuhan garam nasional tahun 2015 diperkirakan sekitar 3,6 juta ton. Sementara, dari luas lahan garam eksisting nasional sekitar 25.000 ha, kapasitas produksi lokal rata-rata pertahun hanya sebesar 1,7 juta ton. Jumlah tersebut tentunya tidak mencukupi kebutuhan industri dengan standar kualitas khusus.

Kualitas garam yang dibutuhkan oleh industri tidak hanya terbatas pada NaCl yang tinggi (minimal 97%), akan tetapi masih ada kandungan logam berat lainnya yang harus diperhatikan, seperti Kalsium dan Magnesium dengan kadar maksimal 600 ppm untuk industri aneka pangan dan industri soda kostik. Bahkan pada sektor industri farmasi, dibutuhkan NaCl 99,9% – 100% untuk memproduksi infuse dan cairan pembersih darah. Garam dengan kadar NaCl sebesar itu belum diproduksi di dalam negeri.

Selanjutnya, nilai total impor garam industri rata-rata mencapai USD 100 juta, namun nilai tambah yang dihasilkan jauh lebih besar, terutama bagi peningkatan devisa negara. Sebagai ilustrasi, nilai ekspor produk industri makanan dan minuman yang menggunakan bahan baku garam telah berkontribusi dalam peningkatan devisa negara sebesar US$ 5,6 miliar.

Artinya, sangat tidak bijak jika hanya gara-gara garam, pabrik dengan investasi besar berhenti beroperasi. Potensi kehilangan pemasukan devisa ekspor serta penyerapan tenaga kerja harus menjadi pertimbangan penting pemerintah. Andai Menteri KKP Susi Pudjiastuti masih "ngotot", bisa dikatakan beliau lebih kejam dibanding OPM yang menyandera 2 WNI di PNG.

Sebenarnya ada hal yang lebih besar untuk diurus Susi Pudjiasti selain garam industri. Misalnya menyediakan cold storage dan stasiun pengisian bahan bakar di tengah laut. Garam industri sangatlah kecil. Yang penting itu sebenarnya membangun cold storagesehingga hasil tangkapan nelayan kita tidak menurun kualitasnya. Kalau kualitas tangkapannya buruk, akhirnya ikan diasinkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun