Aku bernafas lega, sembari mencoba berdiri tegak, tubuhku seakan ingin jatuh, bahkan kakiku gemetar. Aku linglung dan pusing. Tapi mencoba bertahan. Ketika kami mengantri, Rafiko diajak salah satu penumpang yang ternyata asli dari Riau dan sudah tinggal di Malaysia sekitar 35 tahun, aku tidak terlalu memperhatikan karena tubuhku linglung, namun masih bisa menjawab ketika beliau bertanya.
Pesawat take off pukul 10.15, dan aku sudah mengoles freshcare di kepala, rasa pusing yang makin menjadi akhirnya dapat kuredam dengan membeli segelas teh tarik hangat di pesawat harganya 6 ringgit tapi aku membayar dengan uang 24 ribu rupiah. Baru saja kuterima teh hangat di tanganku, pilot memberi aba-aba bahwa pesawat akan segera landing, singkat sekali batinku.
Jarak Malaysia dengan Pekanbaru tak sampai satu jam hanya 45 menit saja. Aku minum teh hangat pelan-pelan, teh ini sangat membantu meredakan pusing di kepalaku.
Kami tiba pukul 11 waktu Indonesia, kami lalu berjalan keluar setelah melalui pemeriksaan di imigrasi. Kami menunggu busway, bapak di koridor pesawat tadi yang memberi tahu ketika beliau bertanya kemana tujuan kami.
"Naik busway saja, cukup murah hanya 4000 bilang ke kondektur kalian turun di Dispenda, nanti kalian tinggal menyebrang saja, jalan sedikit nanti ketemu gedung konsulat." jelasnya.
Informasi itu sangat membantu, kami langsung mencari busway, kami bertemu dengan ibu" beserta putrinya yang juga sedang menunggu busway, sesekali beliau bertanya dan  kami bertemu kembali dengan bapak di koridor pesawat tadi, beliau pun juga sedang menunggu busway.
15 menit kemudian busway datang
Kami bergegas naik, di dalam busway bapak tersebut juga ramah sekali, beliau bercerita tentang anaknya, Malaysia sesekali kami juga saling bertukar cerita dan bercanda.Â
Entahlah apa yang ada dipikiran penumpang lain, kita berlima memang mudah sekali menyapa orang dan tanpa sadar membuat gaduh dengan lelucon receh. Hingga sampailah kami di depan gedung konsulat Malaysia Pekanbaru. Kami baru menyadari satu hal, sepanjang perjalanan kami lupa tidak bertanya siapa nama bapak tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H