Setelah lama berunding tentang kelanjutan visa, jadilah diputuskan kami akan mengurus visa di Kedutaan Malaysia yang ada Pekanbaru, selain lebih dekat, proses pembuatannya hanya sehari.
20 Maret 2019
Hari itu kami berangkat pukul 20.15, terlambat 15 menit karena kami harus beli nasi bungkus untuk berbuka, kami diantar oleh dr Fateh dan dr Jabbar. Aku dan rafiko berada di mobil dr Jabbar, dan yang lain bersama dr Fateh. Kami menuju terminal Batu Pahat, sekitar 30 menit dari kolej Perwira. Disepanjang perjalanan aku dan rafiko bicara mengenai progres dari final projek kami masing-masing pada Dr Jabbar meskipun sebenarnya kami lebih banyak berdiskusi mengenai pendidikan di Indonesia dan Malaysia.
"Di Indonesia dimulai dari sekolah dasar, sekitar umur 6 tahun hingga 12 tahun dilanjut dengan sekolah menengah pertama , lalu menengah ke atas. Jika sudah selesai Tamat maka kami bisa memilih untuk melanjutkan s1 atau diploma" Â jelas Rafiko pada Dr Jabbar
"Bagaimana kalau disini Dr?" Tanyaku
" Kami mulai dari sekolah rendah atau kebangsaan sekitar umur 7-12 lalu lanjut dengan sekolah menengah. Selepas itu bisa tes jika mau degree atau diploma." Jelas Dr Jabbar dengan logat khas melayunya.
Kami tiba di terminal pukul 20.50, lalu kami mencari konter penukaran tiket terdekat. Kami menaiki bis "Airport Coach Era Meera" harganya 50 ringgit, saat itu 1 RM = 3650 IDR. Pukul 21.00 bis datang, kami mulai berpamitan lantas beranjak naik bis. Bis berangkat pukul 21.20 . Semua penumpang telah naik, tetapi bus tidak dalam keadaan penuh.
Lagu favorit sudah kusiapkan di playlist, Rewrite The Stars menjadi lagu pertama yang diputar sembari menemani aku melihat sisi lain wajah Johor malam itu. Jalanan yang lengang, rumah-rumah khas melayu, kedai-kedai makanan yang masih buka malam itu ikut menjadi tontonan yang menarik.
Pukul 01.15 dini hari kami tiba di bandara Internasional KLIA 2, aku baru saja bangun tidur, entah sudah berapa lama dan sejak dimana aku terlelap.