Mohon tunggu...
Citra Andriani
Citra Andriani Mohon Tunggu... Lainnya - Hello !!

Terus belajar, berproses dan saling berbagi IG : @citrandrn FB : Citra Andriani

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perlunya Penekanan Kata “Home” pada Homeschooling

28 Juni 2016   21:30 Diperbarui: 29 Juni 2016   18:38 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan pada saat ini memang jauh berbeda dari sebelumnya. Di mana teknologi berkembang dengan pesat, dan masyarakat dituntut untuk selalu siap dalam menghadapi setiap perubahan dan persaingan. Seperti contohnya pada bidang pendidikan, para pelaku di dunia pendidikan terus berusaha meng-upgrade standar, mutu dan kualitas pendidikan. 

Pendidikan sangat penting bagi setiap lapisan masyarakat, terutama bagi anak-anak. Mereka merupakan generasi penerus bangsa yang akan menentukan bagaimana masa depan Indonesia kelak. Di Indonesia ada beberapa macam pendidikan seperti pendidikan formal, informal dan non formal. Contohnya seperti sekolah, rumah atau bahkan homeschooling. Di dalam keluarga juga, orang tua adalah sekolah pertama bagi setiap anaknya. Peran orang tua dan keluarga di sinilah yang berperan penting dalam semua model pendidikan, tak terkecuali dalam pendidikan homeschooling.

Kenapa peran keluarga begitu penting dalam homeschooling? Karena menurut Satmoko Budi Santoso secara substansi, makna homeschooling terletak pada aspek kemandirian dalam menyelenggarakan pendidikan di lingkungan keluarga (2010: 71). Homeschooling juga bisa disebut sebagai model pendidikan alternatif selain sekolah formal. Homeschooling awalnya merupakan pembelajaran dengan keluarga dan disebut homeschooling tunggal, kemudian bila tediri dari keluarga dan pihak luar disebut homeschooling majemuk, serta terakhir jika homeschooling yang pengelolaannya terstruktur disebut dengan homeschooling komunitas.

Mengenai model pembelajaran homeschooling seperti yang disebutkan di atas, kita bisa mengambil dua contoh pelajar yang memilih homeschooling. Misalnya Si A dan si B. Mereka adalah 2 siswa yang memilih model pendidikan homeschooling di Malang, tetapi dilatar belakangi oleh hal yang berbeda. Seperti si A memilih homeschooling karena ia telah dikeluarkan dari sekolah dan si B yang memilih homeschooling karena ia memang menginginkan homeschooling. Dari dua contoh kasus di atas, coba kita telaah lagi kenapa si A bisa dikeluarkan dari sekolah dan si B merasa homeschooling lebih baik dibanding dengan sekolah? Ketika kita perhatikan dari urutan peristiwa, si A merupakan siswa salah satu lembaga homeschooling di Kota Malang.

Mulanya si A bersekolah di sekolah umum seperti layaknya siswa pada umumnya, kemudian ia dikeluarkan dari sekolah tempat ia belajar. Penyebabnya karena ia dinilai nakal oleh gurunya, dan kurang perhatian dari orang tua juga termasuk faktor kenakalannya di sekolah. Setelah dikeluarkan ia sempat vakum dari sekolah selama kurang lebih 2 tahun. 

Sampai pada akhirnya ia ditawarkan ayahnya sekolah di mana pilihan yang diberikan oleh ayahnya adalah homeschooling dan ia menyetujuinya, itulah alasannya ia menjadi salah satu siswa homeschooling. Orang tua si A sendiri juga terlalu sibuk tehadap pekerjaannya, sehingga pendidikan si A menjadi kurang diperhatikan. Peran orang tua si A yang kurang aktif dalam memperhatikan setiap tumbuh kembang anaknya, memengaruhi pertumbuhan si A.

Berbeda dengan si B, dia justru menginginkan pendidikan alternatif homeschooling dibanding dengan sekolah. Pada awalnya B juga bersekolah di sekolah umum seperti biasa. Kemudian B memutuskan untuk mengembangkan bakat yang ia miliki maka ia memilih homeschooling karena ketika di sekolah ia tidak bisa mengembangkan bakatnya dengan baik. Setelah didiskusikan kepada orang tuanya, serta orang tua B juga mempertimbangkan keinginan dan kemampuan B, maka jadilah B sebagai salah satu siswi homeschooling. Tetapi berbeda dengan si A yang berada di suatu lembaga homeschooling, maka B adalah siswi homeschooling dengan pembelajaran langsung dilakukan oleh orang tuanya, serta dengan bantuan beberapa lembaga pembelajaran seperti kursus Bahasa Inggris. Selain itu B juga diikutkan dalam organisasi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Tentu saja hal ini didasarkan atas kesepakatan dan diskusi aktif antara B dengan orang tuanya.

Dari kedua kasus di atas, dapat kita lihat perbedaan antara kedua orang tua dari si A dan si B. Di mana orang tua si A yang kurang berperan secara aktif dan orang tua si B yang berperan aktif dalam pendidikan sang anak. Peran orang tua sangatlah dibutuhkan oleh sang anak. Setiap aspek dalam diri anak sangat membutuhkan perhatian baik dari ayah dan ibu. Jika orang tua tidak ikut mengamati perkembangan anak maka yang terjadi seperti kasus A. Ia adalah contoh kurang perhatian orang tua tehadap diri anak yang berdampak pada sulit berkomunikasi dan cenderung tertutup pada orang tuanya.

Sumber: abcnews.go.com
Sumber: abcnews.go.com
Padahal setiap orang tua harus menciptakan kenyamanan bagi sang anak sehingga ia lebih terbuka. Jadi kenakalan-kenakalan remaja dan segala sesuatu yang dapat membawa ia pada hal keburukan yang dapat merugikannya itu dapat terhindari. Berbeda dengan si B, ia mendapat perhatian dari kedua orang tuanya. Ia menjadi anak yang lebih terbuka terhadap kedua orang tuanya dan aktif menyampaikan apa yang ia inginkan dan mendiskusikannya bersama dengan kedua orang tuanya. Hal ini adalah bentuk partisipasi orang tua terhadap pendidikan anaknya sekaligus bentuk perhatian terhadap sang anak.

Dari contoh kasus diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa setiap orang tua pasti akan memberikan yang terbaik untuk anaknya, sekaligus juga harus memperhatikan perkembangan anak di sekolah dan di rumah. Tidak hanya fokus pada pekerjaan sehingga anak merasa kurang diperhatikan. Baik belajar di sekolah, dirumah atau bersekolah di rumah (homeschooling) itu adalah hak orang tua dalam menentukan model pendidikan yang sesuai dengan anaknya. 

Model pembelajaran homeschooling juga dapat menjadi alternatif orang tua, tetapi tentu saja perlu konsistensi dan peran aktif orang tua. Karena jika anak homeschooling, maka pendidikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua. Selain itu orang tua juga dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga khusus ataupun komunitas-komunitas yang dapat membantu pendidikan homeschooling anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun