Mohon tunggu...
Citra Amu
Citra Amu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi STEI SEBI

Saya suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melindungi Perempuan Merupakan Awal dari Memperbaiki Generasi

1 Maret 2023   06:15 Diperbarui: 1 Maret 2023   07:23 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar isu konflik yang kerap terjadi di sejumlah wilayah pasti berkaitan atau berhubungan dengan salah satu ciptaan Tuhan yang satu ini yaitu perempuan. Hal ini juga sudah disampaikan oleh Azriana selaku Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Beliau mengatakan bahwa konflik yang terjadi di berbagai wilayah sangat rentan bagi kaum perempuan. 

Bahkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga mengatakah perempuan dan anak termasuk keompok rentan yang beresiko menjadi korban dalam situasi konflik. Menurut beliau, memahami apa yang harus dilakuka apabila terjadi situasi konflik di masyarakat sangat penting bagi setiap pemangku kepentingan agar tidak berimbas kepada perempuan dan anak. 

Lalu apa saja konflik yang terjadi di sejumlah wilayah yang menjadikan perempuan dan anak sebagai objek korban? Tentunya sangat banyak dan pastinya konflik-konflik tersebut hampir mirip atau bahkan menyerupai antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain. Konflik yang paling umum dan besar atau sering terjadi sampai saat ini adalah “kekerasan terhadap perempuan dan anak baik secara fisik maupun seksual”.

Kekerasan memang bisa di alami oleh sesiapa saja, tidak ada yang membatasi dari segi usia, jenis kelamin, atau status sosial. Dan yang melakukan tindakan kekerasan itu atau yang sering kita sebut sebagai pelaku juga bisa dilakukan oleh siapa saja, tak terbatas usia, jenis kelamin dan status social. Akan tetapi, perempuan dan anak menduduki kelompok tertinggi sebagai korban kekerasan.

Mengapa perempuan dan anak sangat rentan menjadi korban kekerasan? Diantara banyaknya factor-factor yang menjadi alasan, saya mengambil factor yang paling umum yaitu karena dominasi gender. Sebagaimana penelitian dari SAGE Journals yang menyatakan bahwa dominasi laki-laki dalam sebuah hubungan kerap kali menjadi pemicu kekerasan. Saya setuju dengan hal tersebut karena laki-laki memiliki kekuatan yang lebih dibandingkan perempuan.

Di tahun ini, Komnas Perempuan mengeluarkan CATAHU 2022 yaitu catatab tahunan. Yang mencatat sebanyak 338.496 kasus kekerasan berbasis gender terhadap perempuan. Dengan merinci 3.838 kasus yang dilaporkan ke Komnas Perempuan, 7.029 kasus yang dilaporlan ke Lembaga Layanan dan 327.629 kasus yang dilaporkan ke BADILAG.

Seperti apa kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi di tahun ini? Saya mengambil kasus pemerkosaan yang terjadi di daerah Batang, Jawa Tengah yang dilakukan oleh tiga pemuda terhadap ABG atau remaja berusia 14 tahun. 

Tragedi ini terjadi di akhir bulan September tahun ini dan para pelaku melakukan aksi bejatnya di sebuah kebun teh. Kasus ini berawal ketika korban nongkrong bersama teman pria satu sekolahnya disekitar lapangan Pagilaran. 

Saat itu seorang pria yang lain tiba-tiba datang dan mengusirnya. Korban bersama temannya kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut. Namun dalam perjalanan, mereka dipaksa berhenti oleh salah seorang pelaku kemudian pelaku mengajak keduanya untuk ikut masuk ke jalan setapak memasuki perkebunan teh. 

Ditempat tersebut para pelaku memaksa keduanya untuk melakukan hubungan intim, karena berada dibawah ancaman mau tidak mau keduanya memenuhi perintah tersebut. 

Salah satu pelaku merekam perbuatan keduanya menggunakan ponsel, dan dengan rekaman itu pelaku mengancam bakal menyebarkan video rekaman itu bilamana si korban tidak mengindahkan ajakan mereka untuk berhubungan badan guna membayar nafsu kotor mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun