Bentala kembali menelan sepah
Bungkam seakan pasrah atas segala serapah
Berbeda cerita jika penghuni serakah
Muntahan api, gulungan air, amarahnya bisa kapan saja merekah
**
Pun dengan Puan yang kini tengah termangu
Diamnya beribu makna, bukan tidak, bukan pula menerima
Berbeda cerita jika dia menuruti mau, tanpa peduli rungu
Bisa-bisa Tuan tak berdaya dibuatnya
**
Amukan rasa yang seakan siap dimuntahkan kapan saja
Beruntunglah, mulut masih mampu bungkam
Gelisah masih bisa diredam
Tak mampu tidur sudah biasa, Puan sudah terlatih untuk memendam
**
Hampir saja terus terang menjelma menjadi rajutan kisah yang hampir padam
Sudah diujung lidah, namun lagi-lagi terkurung dalam bibir
Sudah dibibir mata, tetap saja, resah Puan tertutup tabir
**
Belenggu ini, bungkam ini, gelisah ini, entah kata apa yang pantas mewakilinya
Harap-harap tak terbalas, bagaimana dengan di sana?
Syair ini kaunamakan apa, Tuan?
Pernyataan atau kah pemaksaan?
**
Beri aku satu kata untuk mendefiniskan segala rasa ini
Sudilah membaca, Tuan nan sani
***
Brebes, 31 Juli 2021
Citra Amelia Putri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H