Bukan merupakan kali pertama, bahkan kesekian kali ketika mengendarai motor atau sedang santai ditaman kota, tidak jarang melihat berbagai aktivitas pekerjaan seseorang, berlalu lalang melintas didekatku membuat penulis kompasianer berpikir panjang atas apa yang telah dilihat. Terlebih pandanganku selalu tertuju pada beberapa orang baik ibu-ibu atau laki-laki yang selalu melintas berjalan kaki dipersimpangan jalan di Selong, melintas sembari membawa plastik berisikan kresek yang didalamnya rongsokan seperti bekas air minum, air kotak dan segala macam jenis rongsokan yang bisa dijual.
Berangkat dari pandanganku yang selalu tertuju pada salah satu pengambil rongsokan, sebut saja pak wan, laki-laki yang berumur kurang lebih 50 tahun dengan asal asli orang pancor dan penampilan yang selalu pakai sarung. Ketika aku menemukannya kembali dipersimpangan jalan dan lama mengobrol dengannya, awalnya sempat ada rasa takut untuk mendekat karna berbagai pengamatanku setiap melihat pak wan dari kejauhan jarang ada yang menegur sapa bahkan lewat didepan orang banyak sekalipun selalu diabaikan dan ia jarang berbicara kalau tidak dibawa komunikasi terlebih dahulu, awalnya ku pikir ia psikopat.
Namun rasa takutku mengalahkan rasa keingintahuanku tentang pak wan, sebatang kara tanpa istri dan anak, seiring pembicaraan berjalan, pak wan yang mengaku sudah melakukan pekerjaan mencari rongsokan ini sudah lebih dari 20 tahun dengan dilakukan setiap hari membuat pak wan selalu tegar untuk menjalani hidup. Memang yang didapatkan tidak seberapa dalam sehari-hari. Namun rasa cukup yang telah menjadikannya sosok laki tegar menjalani pekerjaan ini.
Kalaupun sedang santai, sesekali pak wan merokok, katanya. Rokok itu hasil dari pemberian orang-orang dijalan ketika melihatnya melintas jalan kaki disela-sela mencari rongsokan. Pekerjaan mencari rongsokan membuat pak wan hidup nomaden, dalam arti dimana ia lelah disitu ia istirahat, dimana ia ingin tertidur. Ditempat itu pula ia terlelap.
Mendengar berbagai cerita singkatnya yang penulis kompasianer tangkap. Banyak pesan hidup yang terpendam dari proses kehidupan pak wan sendiri. Ia begitu tegar menjalani kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H