Mohon tunggu...
Citraa Maulidaa
Citraa Maulidaa Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Setiap orang memiliki proses yang berbeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suara Sirine Ambulance Mengingatkanku

23 Februari 2022   22:15 Diperbarui: 23 Februari 2022   22:40 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap kali duduk di tongkrongan yang kebetulan tepat berada didekat jalan, lalu lalang mobil ambulance dengan melaju cepat didampingi suara sirinenya yang membuat merinding, lalu lalang bukan hanya sekali dua kali. Namun kerap membuatku teringat dengan kisah beberapa tahun yang lalu. Setiap kali ambulance datang, kebetulan kaca mobilnya dapat melihat orang didalam mobil dengan jelas. Aku merenung lama tatkala memandang lama Ambulance yang sedang melaju cepat hingga jauh tidak terlihat oleh pandangan mata. 

Kisah beberapa tahun silam, waktu itu aku ingat betul duduk dibangku SD, nenekku sakit, menderita diabetes melitus,  semua obat telah dicobanya, usaha dll. Lama beliau menahan sakit, sekitar beberapa bulan. Bahkan ibuku jarang pulang kerumah ketika nenek sakit, karna harus menjaga ekstra beliau. Kebetulan juga ibuku sendirian kawin diluar pulau hm artinya nyebrang, jadi nenek kadang ngigoin ibu yang disebrang. Hingga akhirnya lama menetap dirumah nenek ketika sakitnya kambuh. 

Hari berlalu sewaktu nenek dirujuk kerumah sakit dikabupaten, aku lupa waktu itu. Sakitnya pun tidak berlangsung lama, sekitar dua hari. Semua keluarga dan anak-anaknya ikut mendampingi berharap akan kembali normal seperti sedia kala, di malam kedua, aku ingat betul malam Jum'at disepertiga malam waktu itu, nenek memberi kode pada semuanya, hingga akhirnya semua anak-anaknya terbangun dan mendoakan kesembuhan beliau dimasa kritisnya. Namun takdir berkata lain. Isak tangis satu persatu dari anaknya mulai keluar disaat dokter mengatakan sudah tidak ada harapan lagi, semua serasa seisi rumah sakit dipenuhi Isak tangis sedih, pilu. Hingga menjadi jenazah. Semua anak-anaknya bak tidak ingin hal itu terjadi. Namun kita sebagai manusia hanya bisa ber Doa. 

Tengah malam sembari jenazah beliau diantarkan dengan menggunakan ambulance, waktu itu suasana jalan sangat sepi hanya suara sirine Ambulance yang fokus terdengar mengingat jamnya kita manusia terlelap, namun tidak untuk kami dan keluarga saat itu. 

Malam itu aku terpisah dengan ibuku karna ia masuk ikut kedalam mobil ambulance, tempat jenazah nenekku. Belasan mobil dari anak-anaknya mengantarkannya kembali kerumah untuk dimakamkan keesokan harinya. Disitu aku melihat sebuah kehilangan terbesar seorang anak-anaknya, rasa traumatiskupun ikut meronta-ronta mendengar sirine Ambulance hingga tiba kediamannya. Alfatihah untuk nenekku, sirine Ambulance selalu membuatku merinding mengingat akan kepergiannya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun