Pernah gak sih merasa kalau pernah dimusuhin oleh orang terdekat kita ? atau pernah merasa dijahatin oleh orang terdekat kita ? tentu saja pasti anda pernah merasakan hal seperti itu. Namun apakah anda pernah merasa ingin membalas kejahatan yang mereka perbuat dengan kejahatan kembali? Tentu saja pasti hal seperti itu pernah ingin dilakukan untuk membela diri. Hal ini merupakan suatu hal yang sering kita biarkan bertumbuh dan akhirnya menjadi budaya dalam kehidupan kita. Merasa malu dan harga diri merasa terinjak injak kalau tidak dibalas. Terkadang meminta maaf sering kala dianggap kita kalah atau dianggap lemah, maka dari itu banyak manusia membalas dengan kejahatan. Pada di titik inilah iman kita diuji, tetapi apakah Tuhan mengajarkan kita untuk membenci dan menyimpan dendam terhadap sesama ? Bukan kah Tuhan mengajarkan untuk saling mengasihi terhadap sesama? Tentu saja Tuhan mengajarkan “Tetapi aku berkata kepadamu : Kasihilah musuh musuhmu dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kamu (Matius 5 : 44)”, namun seolah-olah hal yang diajarkan tersebut sangat berat untuk dilakukan oleh manusia. Mungkin kita bertanya – tanya bagaimana caranya mengasihi dan berdoa pada musuh kita ? Dengan cara apa kita harus menunjukkan cinta kasih kita ? Mari kita belajar dari kisah yusuf pada (kejadian 45 : 3 – 15), yusuf dipandang iri oleh saudara dan saudarinya karena menjadi anak kesayangan ayah Yakub. Kemudian yusuf dibuang kedalam sumur yang kering, dan dijual ke mesir. Yusuf bisa saja menyimpan rasa dendam oleh saudara saudarinya. Kemudian saudara saudarinya itu menghampiri yusuf untuk meminta belas kasihan, namun apa yang yusuf lakukan kepada mereka ? yusuf menghampiri mereka dan berkata “Akulah Yusuf, saudaramu yang kamu jual ke mesir, tetapi sekarang janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu” (Kejadian 45 : 4 & 5).
Yusuf tidak membenci saudara dan saudarinya sekalipun. Segala sesuatu bisa terjadi, namun dari kisah Yusuf ia tetap percaya bahwa tidak ada satupun rancangan Tuhan terjadi diluar rencana yang tidak diinginkan. Maka dari itu kita perlu mencontoh dari sikap dan hati yang jernih yang dimiliki Yusuf, sehingga kita bisa mengampuni dan mengasihi musuh kita. Banyak diantara kita yang masih belum merasakan perintah mengasihi sesama sangatlah berat dan tidak mudah. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan justru tetap mengasihi dan mengampuni manusia. Bahkan Tuhan rela disalib untuk menebus dosa manusia. Tuhan berkata “Dia datang bukan untuk orang benar, melainkan untuk orang berdosa supaya mereka bertobat (Lukas 5 : 32) yang sebenarnya adalah ‘musuh’ Allah. Karena itu Tuhan mengajarkan kepada kita untuk berbuat yang baik kepada sesama. Sebagai orang percaya Tuhan menghendaki umatnya memiliki kasih. Walaupun memiliki banyak kelebihan jika tidak memiliki kasih, kita sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (1 Korintus 13 : 1). Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Sulit, namun perintah ini harus dilakukan. Mengasihi sesama juga termasuk mengasihi musuh kita. Marilah kita merenungkan hidup kita masing – masing dan marilah kita sungguh sungguh meminta pertolongan kepada Tuhan untuk dimampukan mengasihi orang orang yang berbuat jahat kepada kita, seperti Tuhan mengasihi kepada umatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H