Pemimpin, mungkin sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita, bisa jadi itu dari buku, internet bahkan saat mengikuti pelatihan atau seminar.Â
Sebelum membahas apa itu sebuah pemimpin, disini akan sedikit membahas pengertian tentang pemimpin itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pemimpin adalah orang yang memimpin. Menurut saya sendiri, Pemimpin itu adalah orang yang mampu mengarahkan dan mengatur anggotanya di dalam kelompok atau organisasi hingga tercapainya tujuan bersama.
Dapat diartikan juga Bos dan Pemimpin itu memiliki arti yang sama, namun dalam prakteknya Bos dan Pemimpin itu memiliki sifat kepribadian yang berbeda. Berikut adalah sifat kepribadian seorang pemimpin yang mampu membawa bawahan atau anggotanya dalam suatu organisasi :
- Dipercaya, jika ada pekerjaan atau urusan yang diberikan kepada seorang pemimpin, maka harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
- Cerdas, seorang pemimpin mampu mengarahkan dan membimbing anggotanya yang berada dalam organisasi tersebut.
- Benar, seorang pemimpin itu tidak hanya perkataan saja tetapi juga harus sesuai atau benar dengan perbuatan yang telah dilakukannya.
- Menyampaikan, seorang pemimpin itu harus memberikan atau menyampaikan informasi dengan jelas dan dapat dipahami oleh anggota dalam kelompoknya.
Kepribadian para pemimpin telah menjadi sebuah subjek yang banyak dikomentari selama ribuan tahun. Misalnya, karya klasik dari penulis Roma Plutarch, yang hidup di abad 1 M dan menulis sejarah orang-orang besar, yang masih dibaca sampai hari ini. Kepemimpinan sebagai kepribadian dan biografi benar-benar merupakan pendekatan paling awal untuk memahami kepemimpinan.
Satu aspek krusial dari kepemimpinan transformasional, yakni kebutuhan akan kekuasaan. Ini adalah bagian dari karaker seorang pemimpin. Namun, seorang pemimpin bisa saja bertindak berdasarkan kebutuhan akan kekuasaan dalam situasi dan konteks tertentu. Sebagai contoh, Adolph Hitler mungkin tidak mampu menggunakan kebutuhan akan kekuasaan psikotiknya sedemikian efektif jika situasi perekonomian di Jerman pada tahun 1930-an  berbeda.
Terlepas dari situasi dan mengabaikan keterampilan yang ada, kebutuhan akan kekuasaan merupakan bagian dari kepribadian setiap orang. Kebutuhan ini merupakan satu aspek dari apa yang kita sebut sebagai "karakter," dimensi yang relatif stabil dari kepribadian seorang individu.Â
Bagaimana para pemimpin menggunakan kekuasaan merupakan pusat dari proses memahami kepemimpinan, baik transaksional, transformasional, maupun karismatik. Tetapi, kebutuhan kekuasaan bukanlah satu-satunya aspek penting dari karakter seorang pemimpin.
Sekarang kita melihat bagaimana kepemimpinan berbeda pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan kebutuhan akan kekuasaan. Kita juga dapat melihat hubungan antara pemimpin dan pengikut untuk masing-masing dari tiga bentuk kepemimpinan :
- Transaksional
Para pemimpin transaksional menggunakan kekuasaan dan pengaruh untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui upaya-upaya orang lain. Hal ini sesungguhnya tidak mengherankan karena para pengikut pemimpin transaksional yang efektif ini sebenarnya cenderung merupakan orang-orang yang meraih prestasi secara independen (independent achievers).
- Transformasional
Para pemimpin transformasional mengidentifiksi, mengartikulasi, dan membantu orang lain menginternalisai nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan bersama. Para pemimpin seperti ini mendefinisikan kontrol sebagai suatu hal yang diperoleh dari sebuah sumber yang "lebih tinggi" komunitanya.
- Karismatik
Para pemimpin karismatik berusaha keras menciptakan perasaan karismatik dengan para pengikut, dengan meniru perilaku yang digunakan para pemimpin transformasional. Mereka sama sekali tidak mempunyai sebuah visi untuk berkomunikasi.