Mohon tunggu...
Citra Mustikawati
Citra Mustikawati Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Bekas penyiar radio berita yang sedang mencoba jadi penulis cerita anak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tak Ada Sekolah Baginya

13 November 2009   05:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:21 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Judul: Dunia Tanpa Sekolah

Pengarang: M. Izza Ahsin

Penerbit: Read! Publishing House (Kelompok Mizan)

Tempat Terbit: Bandung

Tahun Terbit: I, April 2007

Tebal Buku: 252 halaman

Anak pertama dari tiga bersaudara ini adalah buah hati dari pasangan Drs. Mahfud dan Siti Badriyatul Ahyani, S.Pd. Muhammad Izza Ahsin Sidqi. Itulah nama lengkap dari panggilan akrabnya Izza. Lahir pada tanggal 9 Maret 1991 di sebuah kota kecil, Salatiga. Di usianya yang ke-15, Izza memutuskan untuk keluar dari sekolah. SMP Izza saat itu termasuk sekolah favorit di Salatiga. Terkenal dengan out put-nya yang berkualitas.

Karena disuguhi dengan kegiatan intelektual setiap harinya, membaca pun menjadi kesukaan bagi Izza. Mulai dari komik, kisah-kisah tokoh sukses, novel fiksi atau nonfiksi, buku-buku sains, sejarah, agama, sampai buku-buku tentang pendidikan. Berawal dari kesukaan membaca inilah, Izza menjadi senang menulis. Cerita-cerita pendek, puisi, bahkan novel yang hanya bisa dinikmati oleh diri sendiri karena terlalu diacuhkan oleh sekitarnya.

Focus power. Izza sangat percaya akan hal itu. Dia ingin menjadi penulis. Dia merasa tak perlu sekolah karena sekolah-sekolah yang ada di Indonesia dengan kurikulum yang tak jelas itu hanya membuatnya merasa dipenjara, membelenggu kreativitas, dan akan membuat manusia menjadi pembebek. Izza hanya butuh kekuatan fokus untuk bisa menghasilkan sebuah karya tulis yang berkualitas. Bukan Biologi, Matematika, Fisika, Seni, atau Musik sekalipun yang ingin dipelajari Izza demi membantunya menjadi seorang penulis hebat. Karena beberapa alasan inilah Izza memutuskan untuk keluar dari sekolah formalnya dan berjanji tidak akan mengikuti sekolah formal lagi seumur hidupnya di Indonesia. Meski harus belajar menjadi penulis secara autodidak. Itu tak menyurutkan niatnya untuk tetap keluar dari sekolah formal. Bagi Izza wajib belajar bukan sembilan tahun melainkan wajib belajar sepanjang hayat.

Walaupun orang tua Izza merupakan orang-orang berpendidikan dan termasuk dalam golongan orang yang mengkritik sistem pendidikan di Indonesia, bukan berarti pula Izza mendapat dukungan penuh. Perdebatan antara anak dan orang tua ini berlangsung sengit selama tiga bulan. Selama memikirkan keputusan anak mereka ini, Pak Mahfud, ayah Izza, mendiskusikan apa yang dilakukan anak pertamanya itu ke beberapa kenalannya.

Sampai pada hari-hari saat Izza mencapai puncak kekesalannya karena masih harus sekolah karena belum mendapat restu dari orang tuanya untuk keluar dari sekolah, kedua orang tua Izza mendiskusikan hal ini. Izza akhirnya diberi izin untuk keluar dari sekolah dengan syarat dari ayahnya. Tanpa pikir panjang, Izza pun menyetujuinya.

Dengan keputusannya, Izza dianggap sebagai remaja yang radikal, sekaligus aneh―lebih tepat unik mungkin―dan langka. Fenomenanya telah diliput beberapa surat kabar seperti, Cempaka, Jawa Pos, Radar Semarang, Academia, Solo Pos, dan Seputar Indonesia.

Dunia Tanpa Sekolah merupakan serial pertama dari Trilogi: Read, Write, and Imagine. Trilogi ini ditulis untuk mengisi kekosongan selagi menunggu bahan bagi novel fantasinya yang seperti Harry Potter, The Lord of The Rings, dan Eragon. Sebagai generasi muda bangsa ini, wajib bagi kita untuk membaca buku ini termasuk lanjutannya.

Selamat membaca!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun