Mohon tunggu...
Citra Mustikawati
Citra Mustikawati Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Bekas penyiar radio berita yang sedang mencoba jadi penulis cerita anak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[MPK] Namaku Serigala, Bukan Domba

11 Juni 2011   16:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:36 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hati-hati dengan Domba

Namaku Serigala. Taringku tajam, mulutku “bau”. Aku selalu menyunggingkan senyum liar di hadapan mereka. Pandanganku agak buram hingga aku tak bisa membedakan mana putih, mana hitam.

Halachhh..itu alasanmu saja. Aku tahu penglihatanmu masih awas.

Aku selalu berpikir licik. Tak ada ampun bagi mangsaku apalagi musuh. Aku tak mengenal pertemanan. Apa yang bisa kumakan pasti kan ku makan [Rawrrr]. Saking liciknya, aku selalu berpakaian bulu Domba agar terlihat lugu. Ya, agar musuh dan mangsaku tak melihat taringku yang tajam. Tak mencium bau badanku yang menyengat hidung.

Kau berlagak pahlawan dan sok keren dengan baju bulu domba itu. Padahal aku tahu mengapa kau menggunakannya. Itu karena kau tak mampu membeli jubah Serigala yang baru. Aku paham betul kau habiskan uangmu untuk memenuhi nafsumu. Ck ck ck …

Betapa polosnya mangsaku. Betapa bodoh. Jelas saja mereka bodoh, mereka tak mengenyam pendidikan sepertiku. Merasakan belajar di sekolah. Belajar bagaimana memakai topeng. Aku adalah palsu. Namaku Serigala dan aku bukan Domba. Aku hanya Serigala dengan pakaian bulu Domba.

Gurumu mengajarkan topeng manusia. Topeng itu hanya digunakan manusia. Mereka menyebutnya dengan sandiwara. Topeng di atas panggung kehidupan para manusia. Hanya dengan itu mereka bisa memainkan peran sepanjang hidupnya.

Aku beruntung dapat belajar menggunakan topeng. Guruku menyebutnya dengan Dramaturgi. Bukan dramaturgi Aristoteles melainkan bentuk lain komunikasi dari Goffman. Panggung depan berbaju bulu Domba bukan panggung belakang sebagai Serigala.

Setidaknya, ini pelajaran yang berguna yang pernah kau dapat. Sayang, kau gunakan untuk menutupi jati dirimu. Kau gunakan untuk menerkam mangsamu. Jika begini, akan kuhadiahkan kau Jubah Kemunafikan paling tebal sedunia.

152. Citra + Waritsa

NB : Untuk membaca hasil karya para peserta Malam Prosa Kolaborasi yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke sini : Hasil Karya Malam Prosa Kolaborasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun