Mohon tunggu...
Citra Autisimo
Citra Autisimo Mohon Tunggu... Buruh - Naluri tidak pernah salah, karenanya aku tidak boleh selalu benar.

Selesailah dahulu dengan dirimu sendiri, lalu selesaikan perziarahanmu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suara dalam Seonggok Batu

5 Desember 2018   00:22 Diperbarui: 5 Desember 2018   00:29 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berujung bait manis tak ada dinanti.  
Kicau pahit tidak pun dirasa. 
Hanya ku lakukan. 
Tiap tetes yang mulai mengering  kerak yang menumpuk.  
Ku lihat,  ku tatap,  sampai tak ku maknai lagi.  
Seperti terbiasa. 

Ranting tak tergenggam,  pandang tertambat,  dada menghampa.  
Terbang entah ke mana. 
Memimpikan surga kecil di sana senantiasa indah.  
Namun tak beranjak badan,  padahal jauh nyawa melayang.  
Engkau tertinggal,  ditinggalkan. 

Bila aku adalah kamu,  kau tak kan tahu siapa aku. 
Semua semu sama.  
Hanya orang bodoh yang menganggap bahwa  setiap berlian berkilau sendiri.  
Dia begitu sederhana.  
Hanya merefleksi sinar yang datang.  
Kata-katamu palsu.

Merendahlah,  sampai tiada lagi yang sanggup merendahkanmu. 
Sahabatku,  Pena.  
Aku bersamamu saat ini.  
Jangan dulu kau habis.  
Ada warna lain yang harus kau tuntun. 

#citra_autisimo

Silent just such a noisy way of words..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun