Mohon tunggu...
Cita Ramadhania
Cita Ramadhania Mohon Tunggu... -

penulis buku harian

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan dan Impian

11 Oktober 2012   14:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:55 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

.

Hujan seharian…

bulirnya satu-satu jatuh dalam selokan

ada yang duduk di sana sendirian

.

Seorang Pedagang burung tampak murung

Niatnya membelikan sepatu anaknya jadi urung

Langit selama ini hari begitu mendung

Siangnya menebar air bergulung-gulung

.

Hujan membasuh impian

seorang anak kecil dan sepatu usang ,

tak mau sekolah ia malu jadi bulan-bulanan

“Ayah, mau kah kau belikan sepatu baru?”

terbit air matanya.

.

Sang Ayah sedari pagi menjajajakan dagangannya

Ayahnya adalah seorang pedagang burung

hari itu ia tampak murung

niatnya membelikan sepatu anaknya jadi urung.

Bukan ia tak senang kemarau dibayar hujan seharian

bagaimana anaknya sekolah, itu yang dia pikirkan.

.

Sebual mobil mewah melibas genangan,

membasahi pedagang burung itu.

“Bahagialah kamu yang berpunya

panas atau mendung bagimu adalah kidung

sementara lagu bagiku adalah doa yang terlantun

mensyukuri musim berganti berharap sebaris rejeki.”

katanya menahan gigil.

.

Untuk anakku,

untuk anakku,

ia sebut dalam hati.

Berharap hujan segera berhenti,

sebelum gelap jatuh, malam mengganti.

.

*****

.

CR 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun