Fakta mengakatakan, minimarket kini semakin merajalela. Setiap tahunnya selalu ada minimarket baru bermunculan khususnya di wilayah perkotaan. Namun, nyatanya kini sudah mulai ekspansi ke pelosok daerah.
Pro kontra tentunya tak terhindarkan ditengah gencarnya minimarket bermunculan. Jika dilihat dari sektor efisiensi tentunya memudahkan warga masyarakat untuk membeli kebutuhan dengan banyak pilihan dibanding warung tetangga.
Tak terpungkiri, barang yang disediakan minimarket jauh lebih banyak dan variatif dibanding warung tetangga. Baik dari segi tampilan hingga sering adanya promo harga menjadi magnet tersendiri bagi konsumen.Â
Itu hanya segelintir contoh yang terbukti mampu memikat warga untuk berbelanja di minimarket dibanding warung tetangga.
Lantas, bagaimana dengan nasib Warung tetangga?
Sejatinya, warung tetangga tidaklah terlalu terpengaruh dengan hadirnya banyak minimarket. Hanya saja, contoh alasan diatas tentunya menjadi hal yang menyebabkan warga berpaling ke minimarket.
Jika dilihat dari segi nilai beli dan kebutuhan, warung tetangga dapat dikategorikam jenis belanja irit alias ngeteng. Sedangkan untuk membeli kebutuhan dengan jumlah bungkusan atau banyak, warga lebih memilih belanja di minimarket.
Tak hanya itu, jurus ngeteng hingga ngutang atau kasbon menjadi ciri khas yang melekat di warung tetangga. Tidak mungkin ngeteng hingga ngutang di minimarket dapat dilakukan di minimarket.
Sebagai contoh, seringkali kita membeli rokok atau minyak secara satuan alias ngeteng hingga ngutang di warung tetangga. Jika pembelian dal jumlah banyak bahkan bermacam-macam, kita banyak lebih memilih belanja ke minimarket.
Akankah budaya Ngeteng Hingga Ngutang tetap melekat di warung tetangga?