Kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab setiap warga di lingkungan tempat tinggalnya. Kebersihan juga menjadi cerminan kesehatan sehari-hari dari masyarakatnya. Hal ini dilihat oleh Mahasiswa Program Pemberdayaan Masyarakat Berkelanjutan (P2MB) edisi membangun desa (KKN Tematik SDG’S Desa) dari Universitas Pendidikan Indonesia di Desa Karangmulya, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon, yang telah melakukan survey ke pasar terkait pembuangan sampah masyarakat Karangmulya.
Kesadaran dari masyarakat Karangmulya dalam membuang sampah sudah bagus. Namun, kepedulian untuk menangani sampah lebih lanjut oleh masyarakat Karangmulya masih kurang. Sampah dari masyarakat desa dikumpulkan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS), tepatnya di TPS Pasar Rumput Karangmulya. Hal ini terlihat di TPS, bahwa sampah yang dikumpulkan dibiarkan saja. Sehingga sampah yang terkumpul di TPS menumpuk, karena sampah diangkut setelah satu kontainer bak sampah penuh. Sampah yang terkumpul tidak ditindak lebih lanjut oleh masyarakat Karangmulya dan menunggu untuk diangkut ke TPA.
Pa Kuwu (Masadi) mengatakan, “Untuk pengangkutan sampah dari TPS Pasar Rumput Karangmulya ke TPA biasanya memerlukan biaya 1,5 juta per-bak sampah. Tentunya hal tersebut sangat menguras anggaran desa karena biaya tersebut dikeluarkan desa perbulan, juga tidak ada sumber daya manusia yang ingin mengelola sampah lebih lanjut.”
Oleh sebab itu, Pak Kuwu berencana bekerjasama dengan pihak Universitas Pendidikan Indonesia untuk membuatkan mesin pengolahan sampah ramah lingkungan yang dinamakan incinerator. Dikutip dari Citarum Harum Juara, kapasitas produksi mesin tersebut sebesar ½ meter kubik. Mesin tersebut digunakan tanpa menggunakan sumber energi listrik, namun digunakan sama halnya seperti memasak dengan kayu bakar. Pembakaran sampahnya-pun dilakukan dengan meningkatkan asupan oksigen yang masuk dalam ruang bakar utama sehingga pembakarannya dilakukan secara alamiah. Asap yang dihasilkan oleh mesin ini telah tereduksi seminimal mungkin, meskipun hingga saat ini masih terus dilakukan uji laboratorium. Hasil dari pembakaran sampah tersebut berupa abu sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk pembuatan bata, paving blok atau pot bunga.
“Dari rencana bekerjasama dengan UPI terkait pengelolaan sampah menggunakan mesin incinerator agar sampah bisa terkelola dengan baik juga tidak menguras biaya yang banyak. Kedepannya dengan menggunakan mesin ini dapat memudahkan masyarakat Karangmulya dalam membuang sampah, karena penggunaannya yang mudah” harap Pak Kuwu.
Penulis : Faisal Ikhsan, Fuji Nurizka Amalia, Salsabila Nazihah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H