Mohon tunggu...
Putri Marlina
Putri Marlina Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Belajarlah dari padi: semakin berisi semakin merunduk, karena di atas langit masih ada langit. Berapa lapis??? ratusan.. :)

Selanjutnya

Tutup

Money

Bisnis Bersama untuk Mengatasi Kelemahan Ekonomi

30 April 2013   18:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:21 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sore-sore usai jam kerja berakhir dan sebelum pulang kembali ke rumah, seperti biasa saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke sebuah situs radio jepang berbahasa indonesia. Baik sekali ya situs ini, saya jadi bisa belajar banyak hal tentang Jepang (sebenarnya sih, karena memang saya tertarik segala hal tenang Jepang). Dan sore ini, melalui sebuah file mp3 yang diunduh dari situs tersebut, saya mendapat sebuah inspirasi tentang bisnis yang mungkin bisa menjadi salah satu alternatif solusi untuk mengatasi kelemahan ekonomi di negeri ini.

Monggo disimak...

Bagaimana menciptakan bisnis bersama dimana semuanya adalah manajer? Dan bukan karyawan seperti di perusahaan biasa? Kalau begitu, mari kita bahas bagaimana bentuk pengaturan seperti ini tengah menarik perhatian di jepang.

Pengaturan perusahaan dimana setiap orang di dalamnya ikut menjalankan bisnis perusahaan disebut perusahaan bersama. Di perusahaan ini, setiap orang menjadi karyawan dan juga menjalankan tanggung jawab manajemen. Setiap orang ikut menanamkan modal di perusahaan sehingga secara prinsip tidak akan ada yang kehilangan pekerjaan.

Faktor apa sih yang mendorong bisnis seperti ini bisa sampai menarik minat dan perhatian banyak masyarakat di Jepang?

Faktor utama pemicunya adalah muramnya situasi ketenagakerjaan, kemerosotan ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan tingakat pengangguran di Jepang terus meningkat hingga lebih dari 4% sejak tahun 2000. Bahkan angka pengangguran untuk usia antara 15-24 tahun itu.. mencapai 2x lipat dibandingkan kelompok usia lainnya. Nah, disinilah bisnis bersama menarik perhatian karena mereka tidak perlu lagi khawatir dipecat.

Lalu, bagaimana sebenarnya bisnis bersama ini dikelola?

Pengelolaan bisnis ini akan dijelaskan melalui beberapa contoh berikut:

1) Mari kita lihat langsung sebuah bisnis bersama di kota Fukaya propinsi Saitama, yang memproduksi dan memasarkan sejenis produk tahu yang disebut tofu. Koperasi ini memiliki 10 orang anggota dan setiap anggota memasukkan dana 50.000 yen atau sekitar 500 dolar ke perusahaan dan mereka semua adalah manajer. Semuanya terlibat dalam setiap aspek dari usaha mereka. Mereka membuat tofu, merancang produk-produk baru, dan berurusan dengan semua aspek manajemen seperti pengaturan kerja, pembayaran gaji, dan sebagainya. Setiap bulan, kesepuluh anggota bisnis itu menggelar pertemuan manajemen untuk memetakan kebijakan bisnis mereka ke depan.

Terus, apa pandangan karyawan sendiri terhadap bentuk bisnis seperti ini?

Chieko Nakanishi: “Menarik sekali, karena setiap orang jadi ikut memikirkan cara menjalankan bisnis ini, ketika kami meutuskan sesuatu ada keinginan bekerja sama untuk dapat mencapainya. Jadi, ada semacam rasa tanggung jawab dan rasa memiliki, sehingga setiap orang mempunyai keinginan utnuk menjalani bisnis.”

2) Pusat penitipan anak seusai jam sekolah di kota Fujimino propinsi Saitama.

Bisnis ini bergerak di bidang penitipan anak seusai jam sekolah bagi mereka yang orang tuanya sibuk. Mereka mengelola fasiltas dan menjaga anak dari kelas 1 sampai kelas 4 SD atau antara umur 6 sampai 10 tahun. Fasilitas penitipan anak ini menarik biaya 9.000 yen atau sekitar 90 dolar setiap bulannya untuk satu anak. Terus ada lagi biaya 1500 yen atau 15 dolar untuk minuman dan makanan kecil. Bisnis penitipan anak ini beranggotakan 45 orang. Mereka menjaga sekitar 440 anak di 80 tempat di kawasan kota itu. Di kota itu, mereka bertugas menjaga anak-anak itu, menghibur mereka, bermain kartu dalam ruangan, atau bermain bola di luar. Mereka juga akan memastikan anak-anak itu mengerjakan pekerjaan rumah. Separuh karyawan di perusahaan ini berusia 20-30 tahun sehingga memberikan kesempatan kerja di tengah situasi ketenagakerjaan yang muram.

Tomofumi Noguchi, 28 tahun, sudah terlibat bisnis ini selama 2 tahun terakhir. Selepas lulus kuliah Noguchi cenderung berpindah-pindah pekerjaan, ini perlahan membuat ia kehilangan semangat kerja, tapi menurutnya bisnis bersama ini mebuatnya senang dengan pekerjaannya dan dia menceritakan perubahan yang terjadi dalam sikapnya itu:

Di pekerjaan yang lama saya selalu mengeluh, saya tidak punya sikap positif, kerjanya berat dan tidak banyak kemungkinan kenaikan gaji. Kini saya lebih bersikap positif, karena di sini, saya jadi tahu apa yang akan saya lakukan berikutnya”

Terus, bagaimana Noguchi ikut berperan dalam bisnis bersama ini sebagai manajer?

Noguchi bersemangat melibatkan koperasi ini dengan masyarakat setempat. Di dalam salah satu pertemuan rutin pengelolaan bisnis ini, dia mengajukan saran sebuah acara yang mengajak anak-anak menumbuk dan membuat kue mochi. Kegiatan ini tidak menghasilkan pemasukan, tetapi akan menarik perhatian kepada bisnis mereka. Noguchi kemudian menggagas promosi untuk menarik partisipasi masyarakat setempat. Nah, kegiatan ini terbukti berhasil dan diikuti oleh 500 orang, dan tempat penitipan itu merasa bahwa ini adalah kesempatan untuk mebina hubungan dengan anak-anak dan masyarakat setempat, serta juga meningkatkan pemahaman masyarakat tentang apa yang dilakukan bisnis mereka.

3) Sebuah toko sayuran dan buah yang mulai beroperasi bulan lau dengan tujuan membantu masyarakat yang terkena dampak gempa dan tsunami dahsyat tanggal 11 maret 2011 lalu. Bisnis ini membuka toko mereka di Watari, sebuah kota di propinsi Miyabi. Di kota itu, Tsunami yang dipicu gempa menyebabkan lebih dari 550 orang tewas atau hilang. Toko itu menjual buah dan sayuran dari petani setempat langsung ke konsumen, pembeli mereka bahkan bisa mencapai 200 orang setiap harinya. Bisnis ini dikelola oleh 10 orang, dan lebih dari separuh mereka itu kehilangan rumah dan pekerjaan dalam bencana 11 maret.

Bagaimana awal mula bisnis ini?

Bisnis ini awal mula diluncurkan dari otoritas kota setempat yang ingin meningkatkan penjualan produk pertanian dari kawasan bencana, serta menyediakan lapangan pekerjaan bagi korban bencana. Toko ini dikelola oleh Kuota Takemori yang akhir maret lalu baru berusia 20 tahun. Dia datang ke Watari setelah ikut dalam sebuah bisnis bersama yang mendirikan fasilitas panti jompo di Tokyo. Proyek di Watari ini dimulai dari awal sekali dengan mengandalkan subsidi dari pemerintah. Takemori menggagas pertemuan untuk merekrut orang-orang untuk ikut bisnis itu, dan dia berhasil menarik sejumlah orang yang menginvestasikan uangnya sebesar 50.000 yen atau sekitar 500 dolar. Para pesertanya kemudian berkali-kali membicarakan seperti apa bisnis yang akan mereka kelola. Lalu semua peserta bisnis bersama itu lalu meutuskan untuk mendirikan toko yang menjual buah dan sayuran. Tapi subsidi pemerintah akan habis pada bulan maret tahun depan. Takemori kini mencari lebih banyak petani yang bersedia memasok toko mereka dengan berbagai produk, untuk memastikan bisnis itu bisa menguntungkan sampai bulan maret mendatang. Kemudian Takemori menggambarkan prospek dari bisnisnya ini:

Menurut saya kelebihan bisnis karyawan ini ada pada para pekerja yang juga manajer yang bisa mendirikan bisnis didasarkan pada kesediaan mereka untuk bekerja. Saya harap kita bisa menjalankan bisnis ini dimana setiap orang dapat saling tolong menolong, dimana kita semua dapat menyatukan pendapat”

Sekarang, saya jadi tahu kenapa bisnis bersama ini diminati. Bisnis ini bisa menyediakan lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda, dan semua karyawannya itu bisa memiliki motivasi yang kuat ketika terlibat dalam pengelolaan sebuah bisnis.

Tapi ada juga kesulitannya. Perbedaan pendapat tidak bisa terhindarkan ketika bisnis itu menjadi besar dan semakin rumit. Pembicaraan tentang bagaimana cara menjalankan bisnis itu perlu waktu. Jika para karyawan itu mau mebicarakan berbagai hal sampai tercapai kesepakatan, mereka akan lebih memahami satu sama lain dan lebih bersedia bekerja sama. Mereka akan lebih banyak mendapatkan manfaat dari koperasi atau bisnis ini, karena setiap orang akan membantu menjalankan bisnis mereka.

sumber: www3.nhk.or.jp/nhkworld/indonesian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun