Guru memang harus memiliki banyak senjata dalam melayani proses pembelajaran siswa. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, guru harus mau melakukan pencarian aneka senjata profesinya. Sehingga "literasi" tentang aneka pendekatan, model pembelajaran, strategi pembelajaran pembelajaran hendaknya menjadi kebutuhan primer bagi seorang guru yang menginginkan "kelasnya" bisa seperti "taman" yang diwarnai oleh bunga-bunga karya kreatif dan inovatif siswanya yang muncul akibat sentuhan kreativitas guru yang bisa menantang siswa-siswanya.Â
Apakah  dampak yang akan terjadi ketika guru berusaha mencari dan menerapkan aneka senjata profesinya?Â
Berdasar amatan penulis ada dua yaitu internal dan eksternal. Dampak internal adalah kepuasan dan kebanggaan sebagai guru yang dapat memberikan sentuhan siswa mau mengasah sikap kreatif dan inovatifnya. Perlahan dan pasti, langkah guru yang sering memberikan tantangan kepada siswanya akan mengantarkan sang guru mempunyai "personal branding" sebagai guru.
Dampak eksternal, guru harus siap mengahadapi respon yang belum tentu sesuai dengan pikirannya yang muncul dari rekan sejawat yang belum terbiasa melayani siswanya dengan aneka senjata. Baik cibiran atau sindiran yang bernada biasa atau reff, baik yang bernada "pelog atau slendro" (jenis bunyi gamelan jawa), yang berasal rekan seusia atau para senior.
Selain aneka senjata yang semestinya dipahami, guru juga wajib memahami karakteristik mata pelajaram yang diampu maupun karakteristik materi demi materi yang tertata dalam struktur kurikulum. Langkah inilah yang menjadikan guru dapat efektif dan tepat sasaran dalam memilah dan memilih serta menerapkan pendekatan, model, strategi maupun metode pembelajaran.
Siapa musuh terbesar guru dalam upaya mengkualitaskan layanan pembelajaran? Musuh terbesarnya adalah sikap mental kita sendiri, memilih opsi biasa-biasa saja, apa mau memilih langkah yang agak tidak biasa (mulai "mau" mencoba menuju yang agak luar biasa). Semua berpulang kepada kita. Faktor eksternal hakikinya merupakan tantangan yang bisa dijadikan sebagai pemacu, walaupun terkadang terasa menyebalkan.
Happy Learning dengan Deepening of the Material (DM)
Deepening of the Material atau pendalaman materi pemebelajaran merupakan langkah guru dalam rangka memperkaya kedalaman materi dan upaya mengkontekstualisasikan mareri dengan kehidupan nyata dari berbagai sumber, baik literatur, internet maupun dari lingkungan.Â
DM adalah salah satu senjata yang efektif untuk mengasah berpikir kritis dan kreatif siswa. Bahkan tidak hanya berhenti di situ, secara empiris langkah tersebut juga bisa  mendorong siswa menemukan lingkungan sosial sebagai Laboratorium belajarnya di luar kelas formalnya.
Deepening of the Material juga mengacu pada pendekatan pembelajaran yang mendalam, di mana siswa memahami materi secara menyeluruh dan menerapkan pengetahuan mereka pada situasi riil. Seperti diketahui dalam teori pembelajaran konstruktivis, pemahaman mendalam terjadi ketika siswa dapat membangun pengetahuan yang bermakna melalui pengalaman aktif yang difasilitasi oleh guru.  Â
Deepening of the Material pada akhirnya bisa mewujudkan Happy Learning (pembelajaran yang menyenangkan) baik untuk guru maupun siswa. Kegembiraan guru ketika tantangan yang diberikan mendapat respon yang baik dari siswanya, apalagi ketika guru melihat produk-pruduk pembelajaran yang dihasilkan siswanya. Bahkan bisa saja produk tersebut diluar dugaan guru.
 Pendek kata, kebahagiaan guru muncul akibat skenario pembelajaran yang disusun dapat mendorong siswa mengembangkan berpikir kritis, kreatif dan inovatifnya.
Happy Learning bagi siswa dapat terwujud dalam bentuk kemerdekaan dalam menentukan produk pembelajaran yang menjadi tanggungjawab dirinya dan kelompoknya. Sebab kegiatan DM yang dilakukan memberikan keluasaan dalam menggali sumber belajar dari berbagai bentuk. Di lain pihak, guru memberikan kelonggaran waktu yang cukup dalam mewujudkan produk pembelajarannya. Kebahagiaan siswa juga dirasakan karena mereka belajar bersama teman-teman sekelompoknya. Yang tidak kalah pentingnya adalah semangat take and give dalam memberikan sumbangsih pemikiran tentang tugas yang harus diselesaikan.Â
Apalagi guru bisa merancang bahwa momen presentasi adalah momen mempertahakan harga diri kelompok, maka setiap kelompok akan berjuang menampilkan produk terbaiknya. Semangat demikian yang menjadikan siswa merasa tersanjung dan merasa dihargai ketika guru memberikan komentar dan apresiasi produk pembelajaran yang dijalankan.
Sepertinya praktik DM secara proses mempunyai filosofis yang sama dengan deep learning. Bedanya lebih pada konstruksi olah datanya. Sepetinya deep learning merupakan bagian dari AI yang diadopsi dalam pendidikan yang lebih menekankan pada percepatan dan akurasi pengolahan data.Â
Sedang Deepening of the Material hanya merupakan teknik pembelajaran yang tidak menekankan proses percepatan maupun akurasi. Namun lebih mengedepankan kemampuan siswa mendalami materi dari berbagai sumber dan merancang secara kritis dan kreatif skema materi yang diperoleh dan produk pembelajaran.
Langkah-langkah Pelaksanaan Deepening of the Material
1. Persiapan awal
a. Memahami materi yang akan didalami
Pada saat itu penulis menentukan materi Konflik Sosial di Masyarakat. Pertimbangan mendasarnya, satu sisi konflik sosial mempunyai varian yang beraneka ragam termasuk dampak yang ditimpulkannya. Selain itu juga didasarkan pada materi konflik juga terdapat sub materi "manajemen konklik". Sehingga penulis ingin mengetahui sejauhmana pendalaman siswa terhadap kedua hal tersebut.
b. Mengidentifikasi model pembelajaran yang relevan
Model pembelajaran yang penulis anggap relevan adalah Projec Based Learning. Sebab model ini mempunyai karakteriistik memerlukan waktu relatif lama. Kegiatan pendalaman materi juga penulis rancang beberapa kali pertemuan (sepertinya empat kali pertemuan). Maka penulis saat itu beranggapan, bahwa tugas pendalaman materi relevan dengan PJBL.
c. Merancang metode pembelajaran yang relevan. Dalam hal ini saat itu penulis menggunakan metode yang lazim digunakan yaitu tanya jawab, diskusi, tugas dan presentasi. Â
d. Mengidentifikasi karakteristik peserta didik secara global
Saat itu penulis mengelompokkan siswa berdasar pada intensitas tanya jawab saat pembelajaran, jenis kelamin, dan kemampuan mengeluarkan pendapat. Ketiga parameter tersebut penulis sebar dalam beberapa kelompok (sepertinya lima kelompok).
e. Â Memilih jenis proyek yang dapat menantang berpikir kreatif dan inovatif
Proyek (produk pada akhir pembelajaran) yang penulis rancang adalah hasil kreativitas dan inovasi kelompok. Produk tersebut bisa berupa laporan pengamatan, karya kreatif terkait dengan materi yang dibahas. Seperti dijelaskan di atas, materi yang dibahas adalah Konflik Sosial. (keterangan: penulis saat itu mengajar Sosiologi kelas XI IPS).
f. Menyiapkan resume materi sebagai pegangan bersama dalam belajar
Untuk menyatukan konsep materi guru dan siswa, penulis menyusun resume materi tentang konflik sosial sebagai pedoman bersama guru dan siswa.
2. Pelaksanaan
- Membagi kelompok berdasar pertimbangan karakteristik peserta didik
- Membagikan resume materi
- Memaparkan materi sebagai pemahaman bersama melalui tanya jawab (pra pendalaman materi)
- Menjelaskan materi yang akan didalami dalam pembelajaran
- Menjelaskan aneka produk pembelajaran (proyek) yang akan dihasilkan di akhir pembelajaran
- Mendistribusi tugas masing-masing kelompok melakukan pendalaman materi
- Melaksanakan diskusi kelas
- Memberikan kesempatan siswa melakukan pendalaman melalui berbagai sumber (baik buku maupun lingkungan sosial)
- Melakukan pendampingan secara kelompok
- Memonitor hasil pendalaman materi masing-masing kelompok
- Mengomunikasikan dengan pimpinan sekolah apabila nanti memerlukan surat izin keluar sekolah
- Memberikan informasi kepada guru jam berikutnya, apabila nanti ada keterlambatan siswa
- Mempresentasikan hasil pendalaman materi berikut produk pembelajarannya
- Clossing statement oleh masing-masing perwakilan kelompok (kesan dan pesan selama 2-3 menit)
- Guru mengakhiri pembelajaran sekaligus sesi pembahasan mater
Berdasar paparan di atas dapat diketahui bahwa pendalaman materi yang dilakukan guru dapat mengasah berpikir kritis dan kreatif siswa. Upaya berpikir kritis siswa dapat diketahui dari beberapa sumber yang digunakan dan bertambah luasnya cakupan materi yang berhasil dilakukan siswa.Â
Kreativitas siswa dapat dilihat pada produk pembelajaran yang dihasilkan. Dengan demikian Deepening of the Material dalam pembelajaran dapat mengasah dilakukan guna mengasah berpikir kritis dan kreativitas siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H