Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Warta Magelang dari Prasasti Mantyasih (907 M)

8 Agustus 2024   08:47 Diperbarui: 19 Agustus 2024   21:54 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Data tabel diolah dari beberapa sumber.dokpri

Bagi warga Magelang (khususnya kota Magelang), prasasti Mantyasih merupakan "rembulan yang bisa menerangi kegelapan" masa lalunya. Mengapa? Sebab dari prasasti inilah, dapat dikuak dengan lebih jelas tata kehidupan masyarakat Magelang pada Abad X M dan masa-masa sebelumnya, bahkan hari jadi Kota Magelang juga ditetapkan berdasar isi prasasti Mantyasih.

Sebab setelah ditelaah secara "toponim" nama Mantyasih tersebut sekarang bertrasformasi menjadi "Meteseh", yaitu salah satu kelurahan yang berada di wilayah Magelang Utara. Bahkan lokasinya berdekatan langsung dengan bangunan yang melegenda akibat pengkianatan Belanda (Jenderal De Kock) melawan Diponegoro yaitu eks Karesidenan Kedu.

Jejak peninggalan masih ada dan dirawat dengan baik oleh warga Meteseh, bahkan diperhatikan secara khusus oleh pemerintah Kota Magelang. Bukti sejarah ini selalu terawat baik kebersihan maupun pewarisan nilai-nilai hostorisnya. Sebab setiap tahun diadakan peringatan hari jadi Kota Magelang, maka sekaligus pewarisan nilai sejarah prasasti ini terus terjaga bagi generasi berikutnya.

Isi Prasasti Mantyasih

Prasasti Mantyasih lebih berisi tentang aspek-aspek politik yang terjadi pada masa raja Balitung pada tahun 907 M. Walaupun disebut nama suatu desa, namun terkait dengan politik raja tentang desa tersebut. Adapun isi pokok prasasti Mantyasih dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Disebut nama raja Rake Watukara Dyah Balitung yang mngeluarkan prasasti

2. Ditulis angka 829 saka (907 M)

3. Disebut nama desa Mantyasih yang ditetapkan oleh raja Balitung sebagai desa sima (perdikan).

4. Dijelaskan bahwa desa tersebut dipimpin oleh pejabat Patih

5. Disebut nama gunung Susundara (Sundara), dan Sumwing (Sumbing)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun