2. Struktur Sosial Horizontal
Struktur sosial horizontal lebih melihat pada keanekaragaman status, profesi maupun agama yang dianut masyarakat Magelang pada abad VIII M. Pada masyarakat biasa dapat dilihat adanya profesi sebagai petani (sayur, padi,dll), peternak, pedagang, petugas pengairan, penarik pajak, maupun penjual jasa yang ada di masyarakat. Sedangkan petugas keagamaan, kemungkinan dipegang oleh brahmana tingkat desa.
Mengingat pada saat itu dibangun candi Gunung Wukir, maka pasti ada profesi yang berkaitan dengan keberadaan candi. Arsitek candi, pemahat batu, pematung, pembuat relif, termasuk penulis prasasti. Sekaligus sudah tergambar juga peralatan yang digunakan untuk memahat, membuat relif, menulis prasasti. Peralatan tersebut tentu ada orang-orang yang mempunyai keahlian pada bidang-bidang tersebut (profesi). Kondisi demikian akan mendorong terjadinya kompleksitas struktur social yang bersifat horizontal.


Nama pedagang disebut dalam prasasti Ramwi 821 M dengan sebutan "tuha dagan", petugas pengairan/irigasi kusus mengurusi beras disebut dengan "hulu waras". Sedang seorang yang menjadi pengawas irigasi disebut "huler". Mungkin nama tersebut dalam perkembang berikutnya menjadi "ulu-ulu". Pengawas hutan disebut dengan sebutan "tuha alas". Pertanian dikenal ada dua yaitu pertanian sawah dan pertanian kebun. Pandai besi, perajin emas/perak penjelasanya ditemukan pada prasasti masa Kayuwangi abad IX M (Naufal Raffi,2020:218). Bahkan pada prasasti Kwak (878 M) disebutkan alat-alat pertanian, pertukangan dan alat rumah tangga antara lain "kris (mungkin keris), tatah (alat pertukangan), lingis. Penumbuk padi disebut "halu-halu" (mungkin sekarang menjadi 'alu'), rimwas (kapak), landuk (cangkul), "dan" (alat masak), mungkin sekarang 'dandang',dll. Namun dalam prasasti Canggal disebutkan adanya kekayaan yang berupa emas. Tentu hal tersebut juga memunculkan profesi perajin emas. Apa sebutanya terurai pada masa Kayuwangi.
Dengan demikian munculnya aneka profesi juga berdampak pada makin kompleksnya struktur social horizontal di masyarakat Magelang pada saat itu. Hanya saja profesi-profesi tersebut baru disebut secara jelas pada prasasti yang dikeluarkan pada masa Kayuwangi.
Struktur sosial horizontal berdasar pada ras, bisa saja terdiri dari pribumi (warga masyarakat Magelang) dan pendatang dari India maupun Cina. Orang India (pendeta, brahmana) menyebarkan agama (Hindu maupun Budha), sedangkan orang-orang etnis Cina melakukan perdagangan. Kehadiran mereka di Indonesia, tidak mustahil juga sampai di Magelang. Apalagi keberadaan etnis Cina di Magelang jejaknya juga dapat dilihat sampai sekarang.
2. Ekonomi
a. Pertanian
Seperti diuraian di atas, bahwa dalam prarasti Canggal, Jawa adalah wilayah yang kaya dengan padi dan biji-bijian. Berdasar isi tersebut tidak berlebihan apabila dijelaskan bahwa masyarakat Magelang (Jawa) hidup dari kegiatan pertanian. Bahkan pertanian menjadi tiang penyangga kehidupan ekonominya. Ditambah lagi, secara faktual Magelang dikelinggi oleh deretan gunung maupun perbukitan.